Ada sebuah fenomena
menarik yang beberapa tahun terakhir yang kerap menjangkiti pikiran kaum
muslimin di seluruh dunia, khususnya di indonesia. Fenomena inilah yang akan
kita kaji sekarang, yang saya sebut sebagai Islamophobia. Kenapa Islamophobia?
Sebab, bila kita mau amati perilaku kaum muslimin sekarang, mereka terlihat
takut dan rada-rada trauma dengan segala sesuatu yang bila di dalamnya ada
unsur Islamnya. Bingung ? bagus :D
Yuk kita mulai kajiannya, bismillah.
Islamophobia merupakan
gajala aneh tapi nyata atau dapat saya katakan sebagai sebuah penyakit menular
yang dapat menyebar dengan sangat cepat layaknya penyakit flu, namun flu berat
yang tak dapat di obati hanya dengan meminum beberapa pil obat saja. Ya, Islamophobia, anehnya justru menyerang kaum
muslimin itu sendiri yang notabenenya adalah Muslim. Agamanya sendiri. Aneh
bukan ?
Dalam beberapa kasus
alasan muslim maupun non-muslim sangat “anti” sekali terhadap Islam di sebabkan
oleh aturan islam yang katanya sangat radikal dan keras. Tidak berhenti sampai
disana, ternyata bukan hanya aturan yang bersifat praktis –potong tangan,
rajam, cambuk dll – bahkan sampai mengakar dalam ibadah lain, misal nikah,
pacaran, berdagang, sedekah dan semacamnya.
Nah, pertanyaan selanjutnya adalah, apakah dengan diterapkannya sistem selain Islam – seperti demokrasi etc – umat akan lebih terjaga dari kejahatan seperti sekarang ? fakta dilapangan yang mampu menjawabnya.
Nah, pertanyaan selanjutnya adalah, apakah dengan diterapkannya sistem selain Islam – seperti demokrasi etc – umat akan lebih terjaga dari kejahatan seperti sekarang ? fakta dilapangan yang mampu menjawabnya.
Berikut beberapa pernyataan
yang sering saya temui dari beberapa orang yang terkena virus Islamophobia:
- 1. “Saya belum mau hijab mas, kalo saya hijab kemudian saya bermaksiat, kan tambah dosa jadinya!”
- 2. “Kalo kita pakek Syariat – Sistem Islam – nanti ada potong tangan, rajam, qishas, yang non-Muslim akan dimarjinalisasi dan gak di anggep!”
- 3. “Bayangkan bila tak ada partai Islam di pemerintahan, dan tidak ada demokrasi, gerakkan Islam itu akan diberangus habis, tanpa sisa! Makanya kalian harus berterimakasih pada kami dan demokrasi”
Kita akan bahas satu persatu.
1.
“Saya belum
mau hijab mas, kalo saya hijab kemudian saya bermaksiat, kan tambah dosa
jadinya!”
Inilah pernyataan yang membuat saya kadang greget dengan beberapa
muslimah, kenapa? Karena sikap mereka yang memang sengaja mengulur-ulur waktu
untuk berhijab, takut dosalah, takut maksiatlah, mereka lebih takut pada
sesuatu yang belum pasti menimpa mereka ketika mereka menggunakan hijab
(jilbab+kerudung) daripada keadaan mereka sekarang yang tidak menggunakan hijab
namun tetap maksiat.
Mereka berkata bahwa “takut maksiat ketika berhijab (belum terjadi)” dan
menafikkan fakta “Kamu nggak hijab dan kamu maksiat (sudah terjadi).” Memang
masalah hijab pakaian, Islam mengatur dan menempatkan wanita dalam posisi
terbaik sesuai penciptaannya, bahwa mereka mulia dengan pembuktian bahwa Islam
mengatur mereka agar menutup aurat.
2
.
“Kalo kita
pakek Syariat – Sistem Islam – nanti ada potong tangan, rajam, qishas, yang
non-Muslim akan dimarjinalisasi dan gak di anggep!”
Lagi-lagi, pernyataan semacam ini hanya berakhir dan bersandar pada asumsi
semata, bukan fakta. Yaitu memikirkan sesuatu yang belum pasti terjadi ketika
Syariat di terapkan dan memikirkan kengeriannya, namun tidak sedikitpun
khawatir ketika kriminalitas (mencuri, pemerkosaan, pembunuhan dll) yang telah
terjadi di depan mata, bahkan ribuan kali di tonton di layar kaca, meningkat
pesat akibat tidak diterapkannya syariat Islam.
Data dari kepolisian misalnya, menyatakan selama Tahun 2006 terjadi tindak pidana aborsi sekitar 3,3 juta kasus dan perkosaan meningkat 200%. Data di LPA (Lembaga Pemasyarakatan Anak) Tangerang menunjukkan bahwa kejahatan seksual menempati urutan kedua setelah narkoba.
Di Jakarta, Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Wahyono mengatakan, kejahatan di DKI Jakarta terjadi setiap 9 menit 21 detik. Hal ini merupakan peningkatan dari tahun sebelumnya, 9 menit 33 detik. Jenis-jenis kejahatan yang dilakukan, antara lain, pemerkosaan, pemerasan dan pengancaman, pembunuhan, perjudian, pencurian kendaraan bermotor dan lainnya.
Indonesia juga merupakan negara teratas dibidang cybercrime (UNESCO, 2007). Di dunia internasional juga tersedia fakta yang tidak berbeda, American Demographic Magazine menyampaikan tersedia tidak kurang dari 4,2 juta website porno yang 100 ribu di antaranya pornografi anak dan 89% di antaranya berisi kekerasan seksual remaja melalui chat room.
Pada tahun 2006 lalu Kompas sempat mengeluarkan hasil survei yang sangat mengejutkan, yaitu 54% remaja Kota Kembang pernah berhubungan seks, persentasenya paling tinggi dibandingkan kota-kota besar lain, seperti Jakarta (51%), Medan (52%) dan Surabaya (47%).
Komnas Perlindungan Anak (2008) mennyampaikan hasil survei mereka kepada anak SMP, hasilnya 97 persen di antaranya mengaku pernah menonton film porno 93,7 persen mengaku pernah berciuman serta happy petting alias bercumbu berat, dan yang lebih parah lagi 62,7 persen remaja SMP mengaku sudah tidak perawan lagi
Secara keseluruhan Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Abubakar Nataprawira menyebutkan, jika sebelumnya kasus konvensional seperti pembunuhan, pemerkosaan, dan pencurian kasus dari 153.392 kasus, kini menjadi 155.413 kasus di tahun 2008. Artinya ada 425 kasus setiap harinya, dan ini yang dilaporkan, yang tidak dilaporkan tentunya seperti fenomena gunung es.
Di dunia internasional justru lebih parah, sebagai contoh, dalam tulisannya The Most Dangerous Place on Earth, Dr Shahid Qureshi mempublikasikan bahwa di Amerika terjadi pembunuhan terjadi setiap 22 menit, perkosaan terjadi setiap 5 menit, perampokan terjadi setiap 49 detik, pencurian terjadi setiap 10 detik, dan menghabiskan US$674.000.000.000 setiap tahunnya untuk menangani kriminalitas di negaranya.
Aneh bukan? Lebih takut pada penerapan syariat Islam yang belum pasti ada potong tangan dan lain-lain dibanding takut pada fakta yang sudah terjadi sekarang, yang jelas sudah terjadi di depan mata.
3.
“Bayangkan
bila tak ada partai Islam di pemerintahan, dan tidak ada demokrasi, gerakkan
Islam itu akan diberangus habis, tanpa sisa! Makanya kalian harus
berterimakasih pada kami dan demokrasi”
Contoh bahasan kita yang terakhir adalah pernyataan ini, seringkali beberapa pengemban dakwah yang saya temui menggunakan kata-kata seperti ini sebagai pembenaran atas tindakan mereka yang plin-plan dan tidak jelas. Ini juga termasuk unreasonable fear. Mereka menakutkan sesuatu yang belum tentu adanya, menakutkan sesuatu yang belum pasti terjadi dan membuang jauh-jauh fakta bahwa saat ini justru telah terjadi sesuatu yang jelas-jelas menakutkan dan mengkhawatirkan. Fakta membuktikan bahwa justru dalam demokrasi, Islam dihinakan dan ummat muslim menghadapi berbagai masalah yang sangat pelik serta dalam sistem seperti inilah harakah Islam tidak memiliki izzah.
Ingat, ketika terpilih untuk kedua kalinya menjadi presiden AS di tahun 2003, Bush menyampaikan pandangannya tentang demokrasi “Jika kita mau melindungi negara kita dalam jangka panjang, hal terbaik yang dilakukan adalah menyebarkan kebebasan dan demokrasi”. Dan atas alasan ”menyebarkan kebebasan dan demokrasi” itulah Irak diserang.
Atas nama demokrasi, AS yang memiliki 10.000 hulu ledak nuklir mendikte negara-negara muslim khususnya untuk tidak mengayakan nuklir dengan NPT (Nuclear Proliferation Treaty), dan membiarkan Israel dan negara-negara yang diinginkannya untuk mengembangkannya.
Dengan restu demokrasi pula pada tahun berkali-kali BBM dinaikkan walaupun ummat tidak menyetujuinya dan hanya perlu persetujuan MPR dan DPR yang notabene katanya wakil dan suara dari rakyat. Sementara kenaikan BBM hanya menghemat 65 triliun rupiah, pemerintah menghabiskan sekitar 300 triliun untuk pemilu 2009 dan membagikan 700 triliun untuk koruptor kasus BLBI
Dalam demokrasilah justru kecenderungan ummat terhadap partai Islam menurun, Pengamat politik Universitas Indonesia, Arbi Sanit menilai, jika kita membandingkan Pemilu 1955 dengan Pemilu 1999 terlihat bahwa pemilih partai sekuler meningkat sebanyak 35,6 persen, sedangkan pemilih partai Islam menurun 7,51 persen. Sementara anggota legislatif (DPR) partai-partai sekuler bertambah sebanyak 32,64 persen, sementara anggota legislatif partai-partai Islam menurun sebanyak 9,95 persen. Artinya, ada pembunuhan karakter sistematis yang dilakukan demokrasi terhadap partai Islam dengan membuat partai Islam menjadi partai Islam-sekuler sehingga ditinggalkan oleh basis pemilihnya.
Dan atas peran serta demokrasi, syari’at Islam belum diterapkan sampai sekarang, politik belah bambu antar harakah Islam, penurunan pamor dan elegansi gerak partai Islam, semuanya itu di-amini oleh demokrasi. Saiful Mujani, direktur LSI mengomentari survei yang menunjukkan turunnya kecenderungan masyarakat terhadap partai Islam ”hal ini terjadi karena orientasi nilai politik sekuler di kalangan muslim indo kian menguat. Aktivis islam gagal menerjemahkan nilai politik islam dalam bentuk gerakan dan kekuatan elektoral” (Kompas, 2009)
Dengan tipu daya demokrasi, kemenangan FIS di Aljazair dianulir setelah pada putaran pertama pemilu mereka berhasil mengantongi 80% suara, lalu esoknya muncul pernyataan dari harian Inggris “The Independent”: “Kadang-kadang diperlukan tindakan yang tidak demokratis untuk melindungi demokrasi” . Sama seperti kudeta militer di Turki setelah partai Refah memenangkan pemilu pada tahun 2007. Dan juga politik AS di palestina dengan menarik HAMAS masuk ke dalam parlemen lalu menekan, memenjarakan dan membuang mereka di Gaza. Apakah kita sudah lupa?
Karena demokrasilah, kita diminta mengakui kepentingan-kepentingan asing, mentoleransi kepentingan-kepentingan ummat lain yang berusaha menyesatkan dan memurtadkan umat muslim dengan segala cara mereka, menerima keberadaan ahmadiyah dan segala kesesatannya, membayar hutang-hutang konglomerat dengan pajak yang dipaksakan dan dzalim.
Jadi sebenarnya, pemberangusan kepada partai-partai Islam dan harakah Islam itu telah dilakukan, dan harus dipahami, bahwa pemberangusan ini tidaklah mesti dilakukan secara fisik (anarkis), justru pemberangusan yang dilakukan secara sistematis dan tanpa disadari oleh harakah Islam inilah yang lebih berbahaya. Tetapi fakta yang telah terjadi ini tidak dilihat, malahan sesuatu yang belum jelas dijadikan dalil untuk berbuat.
Yang paling penting. bagi seorang muslim, unreasonable fear ini akhirnya membawa suatu konsekuensi, yaitu bahwa dia lebih percaya dan yakin pada fakta di depan matanya (pragmatis) daripada fakta yang akan dijanjikan oleh Allah SWT (visioner), lebih jauh lagi, dia lebih takut kepada manusia ataupun sesuatu apapun yang bukan Allah dibandingkan rasa takutnya kepada Allah. Dan karena rasa takutnya yang lebih besar kepada manusia ataupun keadaan yang dibisikkan oleh setan, akhirnya dia meninggalkan ketaatan dan mencari dalil untuk membenarkan perbuatannya.
"Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman" (TQS ali-Imraan [3]: 175)
“Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir” (TQS al-Maaidah [5]: 44)
Allah-lah dzat yang Mahabaik dan Mahatahu, tiada yang berjalan, terbang, merangkak, ataupun melata diatas bumi ini yang lebih tahu daripada Dia. Dialah yang menentukan apa yang kita bisa dan apa yang kita tidak bisa. Dialah sesungguhnya yang benar-benar harus kita takuti.
Kesimpulan:
1. Berhijablah, sebab
muslimah yang berhijab akan dilindungi oleh Allah dan seluruh orang-orang yang
beriman dan justru dengan hijab muslimah lebih terjaga dari pandangan dan
tatapan mata yang tidak semestinya. Selain muslimah terlindungi, mereka juga
menjalankan kewajiban yang telah Allah berikan pada mereka.
“Wahai Nabi! Katakan pada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin “hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah dikenali, sehingga mereka tidak di ganggu. Dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang.” (TQS al-Ahzab [33]: 59)
“Wahai Nabi! Katakan pada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin “hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah dikenali, sehingga mereka tidak di ganggu. Dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang.” (TQS al-Ahzab [33]: 59)
“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah
mereka menampakkan perhiasannya (auratnya)” (TQS an-Nuur [24]:31)
2. Maka terapkanlah
syari’at Islam karena dengan itu Allah akan menurunkan berkah-berkah dari
langit dan bumi dan ummat Islam tidak akan pernah tersesat
”maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan
janganlah kamu a nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang
kepadamu” (TQS
al-Maaidah [5]: 48)
Aku tinggalkan pada kalian sesuatu yang jika kalian berpegang teguh
kepadanya kalian tidak akan tersesat selama-lamanya. Sesuatu tersebut ialah
sesuatu yang jelas yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya (Sirah Ibnu Hisyam
II, Hal 588)
3.
Maka konsistenlah dengan perjuangan Islam sekalipun perjuangan ini meminta
nyawa kita. Bukankah dakwah Rasulullah saw. dan para shahabat menuntut
pengorbanan harta dan nyawa? apakah kita merasa lebih istimewa dibandingkan
dengan Rasulullah dan shahabatnya sehingga kita tidak perlu merasakan makian,
kengerian dan goncangan yang mereka rasakan? Bukankah jihad adalah jalan kita,
mati syahid adalah harapan yang selalu kita berdo’a untuk itu sebelum tidur?
Apa yang membuat kita takut kepada himpitan dan celaan dalam dakwah? takut
terahadap pemberangusan? apakah jalan dakwah ini telah jalan orang-orang yang
mencintai dunia? Innalillahi…
karena saya akan datang kepada kalian dengan orang-orang yang mencintai
kematian sebagaimana kalian mencintai kehidupan (Surat Khalid bin Walid kepada
Hormuz-Gubernur Persia)
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang
kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka
ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan
bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman
bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya
pertolongan Allah itu amat dekat” (TQS al-Baqarah [2]: 214)
Terus terang, Islamophobia ini memiliki konsekuensi terhadap akidah
seseorang, yaitu dengan dia sangat meyakini Islamophobia (ketakutan yang gak
beralasan) sehingga menjadikan dia sangat pragmatis dan menjadikan ia tak
percaya pada janji Allah, Tuhannya.
Saya harap apa yang saya contohkan dengan 3 kasus diatas dapat diterapkan
pada kasus-kasus yang serupa sehingga kaum muslim bisa terbebas dari fenomena
semacam ini. Wallahu a’lam bi ash-shawab.
Semoga manfaat.
FIND ME @Iman_rk , for more.
FIND ME @Iman_rk , for more.
0 comments:
Post a Comment