Wednesday, July 3, 2013

The Biggest Dilemma, Beetwen Religion and a Dream ! #Psychologi

7/03/2013 06:06:00 PM

         Untuk memulai tulisan yang merupakan kajian sederhana ini kami sangat ragu-ragu, ada ketakutan lain dalam diri. Semisal, tulisan ini akan menjadi kajian yang jauh dari ilmiah atau hanya menyudutkan Psikologi itu sendiri atau pihak tertentu. Namun jauh dalam hati kami tak ingin melakukan itu. Niat pun tidak.
Namun hanya ingin sedikit menyampaikan beberapa hal terkait Psikologi dan, kami berharap semoga tulisan ini menjadi bahan renungan kita dan semoga bisa menginspirasi kita sebagai Muslim agar lebih mendalami psikologi dan agama ini. Serta menjadikan kita sebagai Psikolog Muslim yang jauh dari “Lubang Biawak”.
                
            Belum lama ini, kami mencintai dan mengagumi Psikologi, sebuah ilmu pengetahuan independent dari eropa yang lahir sekitar tahun 1.600an. Menurut kami, sebuah ilmu yang relatif muda, bagi kami secara pribadi mempelajari dan mendalami Psikologi adalah hal yang menarik, karena banyak teka-teki disana. Namun sejauh yang kami tahu, Psikologi banyak dipengaruhi oleh paham dan aliran yang “mengesampingkan” Tuhan.
Kami berpikir, ilmu pengetahuan modern, sebagaimana yang dirumuskan Hegel, mestinya bersifat objektif dalam menjelaskan fenomena alam, dan hal ini merupakan suatu kaidah ilmiah yang mendasar. Plato dan Aristotelaes pun – yang dipandang sebagai peletak dasar pendekatan ilmu untuk rasio semata, lepas dari ideologi dan nilai-nilai dalam kehidupan manusia – ternyata tidak dapat melepaskan diri dari pra-konsepsi, dugaan-dugaan dan keyakinan rasio.
                
             Sekali lagi, sifat objektif 100% dalam ilmu pengetahuan tampaknya merupakan suatu hal yang MUSTAHIL, karena “the man behind the science” adalah mahluk yang memiliki kepentingan dan ambisi-ambisi pribadi dan kelompok. Ambisi-ambisi tersebut bersifat material ataupun filosofis-ideologis. Manusia, adalah mahluk yang memiliki kepribadian, keyakinan, keinginan, harapan, angan-angan. Karena itu manusia tak akan pernah dapat melepaskan dirinya 100% dari elemen subjektivitas.
Ilmu pengetahuan modern, termasuk Psikologi, yang tengah berkembang saat ini ternyata tidak dapat melepaskan dirinya dari pengaruh ideologi, angan-angan, dugaan, pra-sangka, kepentingan-kepentingan pribadi dan kelompok.
                
            Saat ini, kami masih semester II, namun kami mulai merasakan dilema yang kuat. Pilihan antar cita-cita dan akidah ! Menurut beberapa kelompok yang “sok” ilmiah, mengatakan: “Agama adalah gejala yang tidak dewasa dalam mengatur ilmu pengetahuan.” Sedangkan menurut Agama dikatakan bahwa: “Psikologi adalah ilmu nakal yang mencoba mengkaji manusia dengan sudut pandang yang sempit.” Memang, telah banyak ilmu yang kami tahu dalam psikologi yang mungkin memberikan peran positiv untuk Islam, seperti kondisioning klasik dan kondisioning operant juga teori belajar Albert Bandura. Yah, meskipun kami belum tahu bahwa sudah banyak Psikolog-psikolog muslim di luar sana yang menyumbangkan pemikiran mereka untuk Psikologi. Psikologi Islami khususnya.
                
           Beberapa waktu lalu, saat sedang membaca buku-buku Psikologi,baik terjemahan ataupun karya asli Psikolog indonesia kami temukan banyak tokoh yang sama didalamnya. Dan memang hanya mereka.
Ketika kami merasa penasaran dengan beberapa tokoh utama dalam Psikologi, kami dengan gencar mencari tahu tentangnya. Misalnya Skinner, Maslow dan bapak Psikoanalisa Sigmund Freud. Tiga orang yang telah banyak memberikan sumbangan dalam Psikologi. Dan ternyata mereka, menurut literatur dan informasi yang kami dapat ternyata mereka adalah Atheis.
Dikaitkan dengan perkara ibadah, Skinner dengan teori fenomenal Operant Condisioning-nya, Skinner mengatakan bahwa agama hanyalah khayalan dan takhayul ! Karena itu menurut Skinner, ibadah hanyalah proses reinforcement yang diulang-ulang sehingga menimbulkan pujian dan ketenangan, lalu dengan hal inilah Manusia yang “sholeh”dalam tiap agama cenderung mengulangnya.
Reaksi yang lebih parah adalah sikap Freud terhadap Agama dan sosok Tuhan. Dalam merangkum pandangan Freud tentang Agama.
 Henry El-lenburger menulis: “Meskipun Freud menghina filsafat, namun secara jelas ia menyatakan ide-ide filsafatnya yang mempunyai kaitan dengan ideologi yang materialis dan ateis. Dan filsafatnya ini adalah sebuah bentuk ekstrim dari positivisme, paham yang dianggap membahayakan agama dan menganut metafisika yang berlebihan… Freud mendefinisikan Agama sebagai sebuah ilusi,... suatu bentuk neurosis yang universal, semacam obat bius yang menghambatseseorang untuk bisa secara bebas menggunakan kecerdasannya, dan sesuatu yang harus dibuang oleh Manusia.”

                
            Kami terdiam… tersenyum simpul, entah apapun yang kami rasakan saat itu namun yang pasti adalah sebuah dilemma. Namun kami tak merasa khawatir, sebab info yang kami dapat bahwa Freud adalah seorang Freemason. Bukan hal yang mengejuttkan.
Tapi, hal yang membuat kami khawatir adalah saudara-saudara kami yang lain. Kami khawatir bagaimana jika mereka suatu saat nanti meng’iya’kan apa yang Freud dan Skinner kemukakan.

Akhir kata, semoga Allah meindungi kita semua.
Melalui kajian singkat dan sederhana ini, mudah-nudahan dapat memberi manfaat. Sedikit atau banyak. Mohon di kritsi dan diberi saran yah teman-teman. Demi menjaga keutuhan dan kemurnian Psikologi dari gangguan lisan jahat orang-orang yang ingin menyesatkan kita dari jalan Allah swt.
Dan suatu saat nanti – mari kita sama-sama berharap dan berdoa pada Allah – semoga muncul seorang Psikolog Muslim yang berlandaskan Qur’an dan Sunnah yang mulia. Dan kami berharap, mudah-mudahan itu adalah kita. Aamiin. :)
 


Semoga manfaat.
For more, find me @Iman_rk

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

0 comments:

Post a Comment

 

© 2013 Be a Ghazi. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top