Wednesday, August 13, 2014

Jangan sampai OMDO, ya!



 



















        Dalam dunia dakwah atau dunia amar maruf nahi munkar, penting bagi si pengemban atau si pendakwah mendakwahkan dirinya sendiri baru memperbaiki jamaah dakwahnya. Karena, dalam dakwah Islam, saat ini, orang lebih melihat siapa yang berbicara dibanding apa yang ia bicarakan. Bayangkan saja, bila ada seorang pencuri, pembunuh, bajunya robek, tak pernah mandi, amalnya rusak, sering meninggalkan shalat dan segala macam kecacatan amal yang pernah ia lakukan. Namun, dalam waktu yang bersamaan ia mencoba terjun dalam dunia dakwah  tanpa mendakwahkan dirinya sendiri terlebih dahulu. Ini jelas berbahaya bagi jamaah dakwah maupun dirinya sendiri.

Allah swt berfirman: “wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci disisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” [QS. As-Saff: 2-3]

Setidaknya, tiap-tiap pengemban dakwah, sekalipun ia cerdas dan pintar dalam melafalkan dalil dan hafalan ayat Quran, memiliki retorika yang sangat kuat dalam berbicara, tetapi hendaknya ia sangat teliti dalam apa-apa yang ia sampaikan agar kelak yang ia dakwahkan menjadi bumerang bagi dirinya. Misal, dalam suatu kesempatan ia berbicara mengenai “ bagaimana menjaga semangat dakwah” tetapi diluar dari forum, ia menjadi futur atau lemah dan tak bersemangat, bahkan sengaja bermalas-malasan dalam dakwah. Sehingga si Pengemban dakwah tersebut akan dinilai OMDO (omong doang) oleh jamaah dakwah.

Apalagi sebagai pendakwah pemula. Saat ini perlu kita dukung dan dorong para generasi muda Islam yang saat ini baru berusia 14 sampai 19 tahun (termasuk saya juga hehe). Yang dimana mereka baru mulai belajar bagaimana cara Islam mencegah keburukan moral dan etika dan mengajak para jamaahnya berbuat baik dalam tiap gerak kehidupan dengan cara yang sangat bersemangat sekali sampai-sampai mereka lupa bahwa tak semua cara yang mereka tempuh adalah baik didalam Islam. Dengan semangat berapi-api, mereka menghilangkan toleransi atas kesalahan seseorang yang mereka dakwahi dan ini sangat berbahaya. Sebab, akan menyebabkan seseorang mungkin akan membenci Islam itu sendiri dan hidayah Allah pun tak jadi turun atas lisannya yang kasar and mendominasi. “Kamu itu tukang maksiat, tempatmu adalah neraka!” atau “Astagfirullah, dosa apalagi yang kamu perbuat? Allah gak akan mengampuni kamu!” dan lain-lain.

Secara pribadi, saya sangat senang bertemu dengan remaja-remaja seperti ini, militant dan tangguh dalam mendakwahkan Islam. Namun ingat baik-baik, menyampaikan Islam sebagai agama yang menyebarkan rahmat bagi seluruh alam hendaklah dengan cara yang baik dan santun. Tidak hanya benar dan mutlak.

                Maka, tahapnya adalah -> Dakwah itu = (perbaiki) Diri sendiri x (perbaiki) jamaah + Cara yang baik + Cara yang benar – Sikap yang kasar dan lisan yang menyakiti :)

                Semoga bisa menjadi nasihat bagi diri sendiri. 

Semoga manfaat find me @Iman_rk


 

© 2013 Be a Ghazi. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top