Dalam dunia dakwah atau dunia amar maruf nahi munkar, penting bagi si pengemban atau si pendakwah mendakwahkan dirinya sendiri baru memperbaiki jamaah dakwahnya. Karena, dalam dakwah Islam, saat ini, orang lebih melihat siapa yang berbicara dibanding apa yang ia bicarakan. Bayangkan saja, bila ada seorang pencuri, pembunuh, bajunya robek, tak pernah mandi, amalnya rusak, sering meninggalkan shalat dan segala macam kecacatan amal yang pernah ia lakukan. Namun, dalam waktu yang bersamaan ia mencoba terjun dalam dunia dakwah tanpa mendakwahkan dirinya sendiri terlebih dahulu. Ini jelas berbahaya bagi jamaah dakwah maupun dirinya sendiri.
Allah swt
berfirman: “wahai orang-orang yang
beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah
dibenci disisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”
[QS. As-Saff: 2-3]
Setidaknya,
tiap-tiap pengemban dakwah, sekalipun ia cerdas dan pintar dalam melafalkan
dalil dan hafalan ayat Quran, memiliki retorika yang sangat kuat dalam
berbicara, tetapi hendaknya ia sangat teliti dalam apa-apa yang ia sampaikan
agar kelak yang ia dakwahkan menjadi bumerang bagi dirinya. Misal, dalam suatu
kesempatan ia berbicara mengenai “ bagaimana menjaga semangat dakwah” tetapi
diluar dari forum, ia menjadi futur atau lemah dan tak bersemangat, bahkan
sengaja bermalas-malasan dalam dakwah. Sehingga si Pengemban dakwah tersebut
akan dinilai OMDO (omong doang) oleh jamaah dakwah.
Apalagi sebagai
pendakwah pemula. Saat ini perlu kita dukung dan dorong para generasi muda
Islam yang saat ini baru berusia 14 sampai 19 tahun (termasuk saya juga hehe).
Yang dimana mereka baru mulai belajar bagaimana cara Islam mencegah keburukan
moral dan etika dan mengajak para jamaahnya berbuat baik dalam tiap gerak kehidupan
dengan cara yang sangat bersemangat sekali sampai-sampai mereka lupa bahwa tak
semua cara yang mereka tempuh adalah baik didalam Islam. Dengan semangat
berapi-api, mereka menghilangkan toleransi atas kesalahan seseorang yang mereka
dakwahi dan ini sangat berbahaya. Sebab, akan menyebabkan seseorang mungkin
akan membenci Islam itu sendiri dan hidayah Allah pun tak jadi turun atas
lisannya yang kasar and mendominasi. “Kamu itu tukang maksiat, tempatmu adalah
neraka!” atau “Astagfirullah, dosa apalagi yang kamu perbuat? Allah gak akan
mengampuni kamu!” dan lain-lain.
Secara pribadi,
saya sangat senang bertemu dengan remaja-remaja seperti ini, militant dan
tangguh dalam mendakwahkan Islam. Namun ingat baik-baik, menyampaikan Islam
sebagai agama yang menyebarkan rahmat bagi seluruh alam hendaklah dengan cara
yang baik dan santun. Tidak hanya benar dan mutlak.
Maka,
tahapnya adalah -> Dakwah itu = (perbaiki) Diri sendiri x (perbaiki) jamaah
+ Cara yang baik + Cara yang benar – Sikap yang kasar dan lisan yang menyakiti
:)
Semoga
bisa menjadi nasihat bagi diri sendiri.
Semoga manfaat find me @Iman_rk