“Wah Di, kamu udah liat Fany gak sekarang ?” Kata Dio
sembari menghampiri Ardi yang sedang berdiri melihat semua teman-teman satu
sekolahnya yang hadir pada malam itu.
“Kenapa emang ? Udaaaah, brenti nyinggung dia ah,.” Ardi berkilah kesal.
“Wahh, udah betul-betul kamu lupain yah bro?” Dio mencoba meyakinkan sekali lagi bahwa Ardi harus melihat Fany malam ini.
“Ga juga sih, tapi udahlah. Ini bukan zamannya lagi, aku sama dia sepakat gak bakal ngusik satu sam lain. Toh jalanku sama dia udah beda jauh… Langit dan Bumi !” Ardi mengeraskan suara agar Dio mau berhenti menyinggung lagi soal Fany. Apalagi dimalam ini, malam ulang tahunnya yang ke 16.
“Kenapa emang ? Udaaaah, brenti nyinggung dia ah,.” Ardi berkilah kesal.
“Wahh, udah betul-betul kamu lupain yah bro?” Dio mencoba meyakinkan sekali lagi bahwa Ardi harus melihat Fany malam ini.
“Ga juga sih, tapi udahlah. Ini bukan zamannya lagi, aku sama dia sepakat gak bakal ngusik satu sam lain. Toh jalanku sama dia udah beda jauh… Langit dan Bumi !” Ardi mengeraskan suara agar Dio mau berhenti menyinggung lagi soal Fany. Apalagi dimalam ini, malam ulang tahunnya yang ke 16.
Saat
itu ramai dan cukup meriah untuk sebuah pesta ulang tahun anak SMA. Lebih ramai
lagi karena ada beberapa guru yang Ardi undang secara khusus dan tak lupa wali
kelasnya. Meski tak terlalu berharap namun Ardi ingin melihat Fany malam ini,
setidaknya sekali.
“Aku gak berharap ngomong sama dia, yaahh cuman pengen liat
dia hadir malam ini,” Ardi membatin sambil memata-matai satu persatu teman
kelasnya.
Kombinasi perasaan yang tak
mengenakkan ketika seorang remaja laki-laki merasakan dua hal yang berlawanan,
pertama ketika ia merindukan seseorang yang pernah singgah dihatinya dan kedua
ketika ia berusaha sekuat tenaga melupakannya. Malam ini Ardi benar-benar
merasakannya !
“Fan,
kedalam ayok. Jangan berdiri disini ih,” Vhya menarik-narik tangan Fany agar
segera memasuki taman rumah Ardi.
“Ahhhh, ndak usah. Ga apa-apa aku lebih mood disini Vhy.Serius, lagian kalo aku mau, aku masuk sendiri kok,” Fany menahan kakinya sebatas gerbang rumah.
“Hmm, katanya mau ngucapin selamat buat Ardi ?” Vhya mengejek
“Hah? Ndak kok, udah tadi aku SMS dia,.. Serius nih Vhy, masuk aja aku bentar lagi nyusul !” Fany memaksa.
“Yo wes, jangan kemana-mana Fan, aku ambilin minum,” Vhya melangkah cepat dan menerobos masuk di tengah-tengah kerumunan anak-anak yang lain.
“Ahhhh, ndak usah. Ga apa-apa aku lebih mood disini Vhy.Serius, lagian kalo aku mau, aku masuk sendiri kok,” Fany menahan kakinya sebatas gerbang rumah.
“Hmm, katanya mau ngucapin selamat buat Ardi ?” Vhya mengejek
“Hah? Ndak kok, udah tadi aku SMS dia,.. Serius nih Vhy, masuk aja aku bentar lagi nyusul !” Fany memaksa.
“Yo wes, jangan kemana-mana Fan, aku ambilin minum,” Vhya melangkah cepat dan menerobos masuk di tengah-tengah kerumunan anak-anak yang lain.
Vhya teman sebangku Fany. Sebetulnya, Fany dan Vhya diundang
spesial sama Ardi gak tahu alasannya apa tapi bisa langsung ditebak sih kalo
Ardi bener-bener berharap supaya Fany datang. Wah, dasar.
Fany masih saja berdiri disana, sesekali
menatap Handphone sekedar menghilangkan rasa jenuh meskipun gak ada SMS atau telpon
disana.
Terus terang, dengan jilbab orangenya, Fany mungkin yang paling cantik diantara semuanya. Yah, lumayan berbeda lah dengan beberapa bula lalu saat ia belum putus dengan Ardi. Bagaikan Mutiara ditengah kumpulan Emas, ia menjelma sebagai Wanita yang pantang ‘tuk didekati oleh sembarang lelaki. Mugkin kalaupun ia masuk kedalam taman, hanya akan di datangi Ardi kemudian hal ini akan menjadi sesuatu yang tak ia inginkan.
Terus terang, dengan jilbab orangenya, Fany mungkin yang paling cantik diantara semuanya. Yah, lumayan berbeda lah dengan beberapa bula lalu saat ia belum putus dengan Ardi. Bagaikan Mutiara ditengah kumpulan Emas, ia menjelma sebagai Wanita yang pantang ‘tuk didekati oleh sembarang lelaki. Mugkin kalaupun ia masuk kedalam taman, hanya akan di datangi Ardi kemudian hal ini akan menjadi sesuatu yang tak ia inginkan.
Suasana malam itu di iringi lagu lagu Ungu-Tercipta Untukku,
semua anak berbicara dan membahas seputar sekolah mereka, pacar, lagi PDKT sama
siapa, dan banyak hal. Sangat ramai, juga di iringi dengan tawa dan candaan.
Saat Vhya menerobos dan mengambil satu dari tumpukkan gelas
yang disusun rapi di atas meja, Ardi memanggilnya,
“Assalamualaikum, Vhy…”
Ardi melempar senyum pada sahabat baik Fany itu.
“ Waalaikumsalam, ciee… Met ultah ya Di. Wah, keren banget kamu malam ini, tumben. Hehehe!” Vhya terkekeuh dengan sedikit meengejek.
“ Yee, udah dari sononya gue keren kok hehe, oya, ehm… Datang sama siapa? Fany bukan?” Ardi langsung pada intinya meskipun ia tahu Vhya gak mungkin datang sendiri tanpa Fany. Jangankan pesta ulang tahun, ke WC aja bareng.
“ Waalaikumsalam, ciee… Met ultah ya Di. Wah, keren banget kamu malam ini, tumben. Hehehe!” Vhya terkekeuh dengan sedikit meengejek.
“ Yee, udah dari sononya gue keren kok hehe, oya, ehm… Datang sama siapa? Fany bukan?” Ardi langsung pada intinya meskipun ia tahu Vhya gak mungkin datang sendiri tanpa Fany. Jangankan pesta ulang tahun, ke WC aja bareng.
“ Owhh, uhuuii, nanyain
Sang Putri ni yee, eh sorrry, nanyain Sang Mantan Putri ni yee… Hahaha!” Vhya
memicingkan matanya sambil tertawa.
“ Waduh, biasa aja lah Vhy. Dia dimana kok gak diajak masuk sih?!"
“ Waduh, biasa aja lah Vhy. Dia dimana kok gak diajak masuk sih?!"
“ Tuh nanya sama dia
sendiri, lagi menyendiri khas lagu dadali tuh depan…” Vhya menunjuk dengan
wajahnya dimana tepatnya Fany berdiri.
“ Oke, thanks. Aku samperin yah,”
“ Oke, thanks. Aku samperin yah,”
Tanpa pikir panjang Ardi mengambil langkah cepat menghampiri Fany, dengan raut
wajah yang bercampur senang dan deg-degan. Padahal tadi dia marahin Dio agar
tak menyinggun soal Fany lagi, eh malah di datengin. Kebayang tuh gimana
anehnya?!
“ Assalamualaikum Ibu PKK…” Panggil Ardi saat Fany sedang memainkan Handphonennya.
“Eh, iya ! Waalaikumsalam,..” Fany mengangkat wajahnya dan belum memastikan siapa orang yang menegurnya.
“ Wahhh, ternyata kamu. Kamu kok manggilnya Ibu PKK sih,” Fany jengkel dan cemberut dengan wajah paling manisnya.
“ Hehehe,sorry Fan. Oya, kok gak kedalam? Hmm, lagi nungguin seseorang yah? Hehehe,” ejek Ardi.
“ Astagfirullah, ndak Di, lagi nungguin Vhya bawain air minum katanya mau cepetan balik tapi ihh udah 5 menit dia ke dalam tapi belum muncul juga,” Fany mengomel.
“ Assalamualaikum Ibu PKK…” Panggil Ardi saat Fany sedang memainkan Handphonennya.
“Eh, iya ! Waalaikumsalam,..” Fany mengangkat wajahnya dan belum memastikan siapa orang yang menegurnya.
“ Wahhh, ternyata kamu. Kamu kok manggilnya Ibu PKK sih,” Fany jengkel dan cemberut dengan wajah paling manisnya.
“ Hehehe,sorry Fan. Oya, kok gak kedalam? Hmm, lagi nungguin seseorang yah? Hehehe,” ejek Ardi.
“ Astagfirullah, ndak Di, lagi nungguin Vhya bawain air minum katanya mau cepetan balik tapi ihh udah 5 menit dia ke dalam tapi belum muncul juga,” Fany mengomel.
Ternyata benar, malam ini bukan khayalan maupun dongeng yang
disampaikan oleh Dio bahwa Fany benar-benar cantik. Hijabnya yang terulur
membuat ia berbeda dengan teman-teman satu sekolahnya, meski ada beberappa teman dari Rohis yang hadir namun
efek yang mereka rasakan dari ulang tahun ini berbeda dengan apa yang Fany
rasakan, pasalnya yang ultah sekarang adalah mantannya.
“Ya udah, masuk aja yuukk… Atau kamu malu jalan sendiri? Sini aku anter” Kebiasaan lama Ardi muncul kembali ketika mengajak Fany berjalan, padahal ia tak tahu berbicara dengan fany yang mana. Lain dulu lain sekarang.
“ Udah Di, makasih aku bisa sendiri. Sok, jalan duluan sana… “ Skak Fany tegas.
“ Oke buu hahaha!” ardi mengejek lagi.
“Ya udah, masuk aja yuukk… Atau kamu malu jalan sendiri? Sini aku anter” Kebiasaan lama Ardi muncul kembali ketika mengajak Fany berjalan, padahal ia tak tahu berbicara dengan fany yang mana. Lain dulu lain sekarang.
“ Udah Di, makasih aku bisa sendiri. Sok, jalan duluan sana… “ Skak Fany tegas.
“ Oke buu hahaha!” ardi mengejek lagi.
Sesampainya Fany didalam ada
beberapa yang berusaha mencuri pandang padanya, yah wajarlah soalnya Fany udah
sering jadi incaran kakak kelasnya juga. Terutama teman-teman dari tim
Basketnya Ardi. Mereka dengan senang berbicara mengenai Fany, meskipun yang
mereka bicarakan adalah semata-mata mendapat respon yang bagus padahal gak sama
sekali. Kasian juga.
Fany harus defensive apapun yang
terjadi. Bukan karena ia tak ingin ada cowok yang menggodanya atau ada yang
meliriknya, namun itu untuk kebaikan mereka sendiri. Ia paham bahwa kalo ada
cowok yang udah mulai flirting sama dia itu justru menodai hati mereka sendiri
dan ia tak mau dijadikan target empuk oleh kakak kelas atau Ardi, lagi.
“Mau makan apa Fan?” Tawar Ardi lembut.
“ Ndak usah, aku ndak lapar tadi udah sempat makan beberapa roti dari rumah” Fany membalasnya lembut.
“ Gak asik nih, ayook cobain nih, “ Ardia mengambil sebuah Muffin isi blueberry dan menyodorkannya pada Fany.
“ Udah Di makasih, aku udah kenyang serius,”
“ Hehehe, yaudahlah, “
“ Oya, mama sama papamu mana Di?” Potong Fany.
“ Owh, beliau udah keluar dari tadi sore. Yah kayaknya mereka paham kalo aku bakal ngundang rame temen-temen,”
“ Aku pingin ketemu beliau, pengen silaturahim,”
“ Kan ada anaknya, hehehehe!” Ardi lagi-lagi berusaha membuat Fany tersenyum seperti yang sering ia lakukan dulu.
“ , . . .” Fany hanya diam dan biasa.
“ Ups, sorry Fan. Aku bahkan gak sadar dan ga nyangka kamu udah berubah kayak gini. Jalan yang kamu pilih bahkan gak pernah aku duga, yah apalagi sampai kamu mendalami Agama kayak gini. Maaf yah,”
“ Iya Di, aku paham maksudmu. Malahan aku yang sering berharap bahwa kamu yang berubah duluan dan membimbing aku nantinya. Aku berharap kamu lebih tegas dan dewasa. Tapi Allah berkehendak lain, Dia memilih hatiku untuk Ia dekati,”
“Hehehe, aku salut sama kamu Fan. Dulunya aku yang sering nasihatin kamu eh sekarang… Hehehe, segan aku-nya. Beruntung banget cowok yang dampingin kamu nantinya,” Ardi menekankan kalimat itu seolah-olah ada rasa cemburu dihatinya.
“ Hmm, Aamiin. Aku gak bisa ngomong lama dan banyak sama kamu. Tapi aku pingin kamu benar-benar paham kalo semua ini gak mesti kamu jalani dengan pacaran dan have fun. Aku tahu kamu hebat, keren, cakep, dan cewek mana sih yang bisa mendam perasaannya kalo kamu yang godain ? Begitupun aku, tapi kalo aku suka sama kamu hanya karena fisik, berarti aku suka sama kamu bukan karena Allah. Mungkin kamu gak ngerti apa yang aku bicarakan tentang cinta karena Allah tapi aku yakin kamu bakal caritahu apa maksudnya,” Fany menjelaskan panjang lebar pada sahabat sekaligus mantan kekasihnya itu.
“ Makasih Fan. Terus terang, kamu juga cantik kok Fan. Dulu maupun sekarang gak ada beda, tapi doakan juga sekarang aku lagi berusaha berubah dan mulai nyadar akan semuanya,”
“Hehehe, kamu dekati Allah dengan berjalan maka Allah akan mendekatimu dengan berlari, gitu kata Rasul,” Nasihat bijak andalan Fany mulai beraksi.
“Iya Bu Ustadzah, hehehe!”
Kedua anak manusia itu terus bebicara dan sambil tersenyum kecil hingga mereka lupa. Saat itu tiba-tiba Vhya datang mengahmpiri…
“ Disini ternyata, aku kira kalian masih didepan,” Oceh Vhya yang baru saja tersesat mencari Fany dan Ardi.
“ Hehehe, sorry Vhy. Aku yang ngajak temanmu kedalam,”
“ Hehe, iya sayang maaf yah. Oya, air minumnya jadi kamu bawain?”
“ He’em, nih aku bawain. Untung gak tumpah, soalnya tadi aku sempat kesenggol sama teman-teman” Vhya jengkel.
“ Wah, beruntung banget sih Fany punya teman kayak kamu Vhy,” kata Ardi menghibur Vhya.
“ Whahaha, lebay banget sih kamu Di,” Potong Fany
“ Ish, itu muji atau apa? Hemm…” Vhya menyengir.
“Mau makan apa Fan?” Tawar Ardi lembut.
“ Ndak usah, aku ndak lapar tadi udah sempat makan beberapa roti dari rumah” Fany membalasnya lembut.
“ Gak asik nih, ayook cobain nih, “ Ardia mengambil sebuah Muffin isi blueberry dan menyodorkannya pada Fany.
“ Udah Di makasih, aku udah kenyang serius,”
“ Hehehe, yaudahlah, “
“ Oya, mama sama papamu mana Di?” Potong Fany.
“ Owh, beliau udah keluar dari tadi sore. Yah kayaknya mereka paham kalo aku bakal ngundang rame temen-temen,”
“ Aku pingin ketemu beliau, pengen silaturahim,”
“ Kan ada anaknya, hehehehe!” Ardi lagi-lagi berusaha membuat Fany tersenyum seperti yang sering ia lakukan dulu.
“ , . . .” Fany hanya diam dan biasa.
“ Ups, sorry Fan. Aku bahkan gak sadar dan ga nyangka kamu udah berubah kayak gini. Jalan yang kamu pilih bahkan gak pernah aku duga, yah apalagi sampai kamu mendalami Agama kayak gini. Maaf yah,”
“ Iya Di, aku paham maksudmu. Malahan aku yang sering berharap bahwa kamu yang berubah duluan dan membimbing aku nantinya. Aku berharap kamu lebih tegas dan dewasa. Tapi Allah berkehendak lain, Dia memilih hatiku untuk Ia dekati,”
“Hehehe, aku salut sama kamu Fan. Dulunya aku yang sering nasihatin kamu eh sekarang… Hehehe, segan aku-nya. Beruntung banget cowok yang dampingin kamu nantinya,” Ardi menekankan kalimat itu seolah-olah ada rasa cemburu dihatinya.
“ Hmm, Aamiin. Aku gak bisa ngomong lama dan banyak sama kamu. Tapi aku pingin kamu benar-benar paham kalo semua ini gak mesti kamu jalani dengan pacaran dan have fun. Aku tahu kamu hebat, keren, cakep, dan cewek mana sih yang bisa mendam perasaannya kalo kamu yang godain ? Begitupun aku, tapi kalo aku suka sama kamu hanya karena fisik, berarti aku suka sama kamu bukan karena Allah. Mungkin kamu gak ngerti apa yang aku bicarakan tentang cinta karena Allah tapi aku yakin kamu bakal caritahu apa maksudnya,” Fany menjelaskan panjang lebar pada sahabat sekaligus mantan kekasihnya itu.
“ Makasih Fan. Terus terang, kamu juga cantik kok Fan. Dulu maupun sekarang gak ada beda, tapi doakan juga sekarang aku lagi berusaha berubah dan mulai nyadar akan semuanya,”
“Hehehe, kamu dekati Allah dengan berjalan maka Allah akan mendekatimu dengan berlari, gitu kata Rasul,” Nasihat bijak andalan Fany mulai beraksi.
“Iya Bu Ustadzah, hehehe!”
Kedua anak manusia itu terus bebicara dan sambil tersenyum kecil hingga mereka lupa. Saat itu tiba-tiba Vhya datang mengahmpiri…
“ Disini ternyata, aku kira kalian masih didepan,” Oceh Vhya yang baru saja tersesat mencari Fany dan Ardi.
“ Hehehe, sorry Vhy. Aku yang ngajak temanmu kedalam,”
“ Hehe, iya sayang maaf yah. Oya, air minumnya jadi kamu bawain?”
“ He’em, nih aku bawain. Untung gak tumpah, soalnya tadi aku sempat kesenggol sama teman-teman” Vhya jengkel.
“ Wah, beruntung banget sih Fany punya teman kayak kamu Vhy,” kata Ardi menghibur Vhya.
“ Whahaha, lebay banget sih kamu Di,” Potong Fany
“ Ish, itu muji atau apa? Hemm…” Vhya menyengir.
Semakin malam dan acara ulang tahun Ardi yang ke 16 telah usai. Meskipun tak ada Cinderella disamping Ardi yang biasa ia suapi dengan sepotong Kue, Ardi tetap merasa bahagia. Cinderellanya kini telah berubah menjadi calon Bidadarinya di Surga Allah nanti.
“ Menurutku Fany cantik Di, menurutmu ?” Tanya Dio yang tiba-tiba berdiri disamping Ardi dan menatap teman-temannya menuju gerbang depan dan pulang.
“Sama., gue kalo ngeliat dia malem ini seneng banget... Dia cantik banget sama jilbab orangenya...“
0 comments:
Post a Comment