“Khairunnas anfa uhum linnas” | “sebaik-baik manusia adalah
yang memberi manfaat pada orang lain” [HR. Tirmidzi]
-Muhammad SAW-
Banyak
para inspirator para motivator dan para tor..tor yang lain mengatakan bahwa,
“Mulailah dari akhir”, “start from the end’. Maksudnya adalah bahwa setiap
tujuan maupun visi kita dalam hidup adalah target akhir. Misal, kita ingin
sukses. Ingin bahagia dan ingin menjadi pribadi yang lebih baik dari yang sebelumnya,
maka sesuatu yang kita pasang adalah cita-cita atau impian kita. Kita haruslah
memiliki target ! Mau jadi apa kita nantinya, itulah yang dimaksud dengan
“Mulailah dari akhir”.
Maka,
kali ini kita juga akan membahas tentang itu. Beberapa waktu lalu saya teringat
sebuah nasihat bijak dari seorang Mayat yang menceritakan pengalaman hidupnya
ketika menjelang kematiannya.(Wah jangan becanda donk kak, masa’ Mayat bisa
ngomong? | Jangan tanya, simak dulu
ceritanyaa ! >_<)
Ketika ia meninggal, tak ada yang bisa ia lakukan selain
berbicara pada 3 hal. Harta, keluarga, serta amalnya.
Saat itu ia benar-benar ketakutan, takut yang luar biasa. Ia berkata pada hartanya, “aku telah memperjuangkanmu siang dan malam, aku telah meneteskan keringatku untukmu. Bahkan aku tak tahu aku mendapatkanmu dengan cara yang halal atau yang haram. Apa yang bisa kau lakukan untukku sekarang ?” Harta itupun menjawab, “Aku tak bisa memberimu apa-apa, selain kain kafan yang kau kenakan sekarang.” Mayat itupun merasa sangat sedih sekali. Kemudian, ia bertanya pada keluarganya, “Aku telah membesarkanmu nak, aku juga telah menafkahimu, telah menyekolahkanmu hingga kau dewasa. Istriku, akupun telah setia menemanimu hingga aku seperti sekarang ini. Apa yang bisa kalian lakukan untukku? Temanilah aku…” Keluarganya menjawab, “Kami akan menemanimu namun kami hanya sebatas mengantarkanmu menuju liang lahat.” Mayat itupun kembali menangis, semua yang telah ia kumpulkan di dunia ternyata tak berarti apa-apa baginya. Kemudian yang terakhir, ia bertanya pada amalnya, “Aku telah hidup hanya untukmu, siang dan malam aku bersamamu dan kaupun bersamaku. Sekarang, apa yang bisa kau lakukan?” Amal itupun menjawab, “ Betul, aku adalah bagian dari dirimu. Namun aku tak tahu, apakah aku akan menjadi teman sejati yang wangi, tampan, serta menghiburmu ketika dalam kubur nanti karena Aku adalah amal baikmu. Biarlah Allah yang menilai semuanya. Akupun tak tahu, apakah aku akan menjadi musuhmu kelak dalam kubur, berwajah buruk berbau busuk, serta tak pernah tersenyum. Karena Aku adalah amal burukmu. Biarlah Allah yang menilai semuanya.”
Saat itu ia benar-benar ketakutan, takut yang luar biasa. Ia berkata pada hartanya, “aku telah memperjuangkanmu siang dan malam, aku telah meneteskan keringatku untukmu. Bahkan aku tak tahu aku mendapatkanmu dengan cara yang halal atau yang haram. Apa yang bisa kau lakukan untukku sekarang ?” Harta itupun menjawab, “Aku tak bisa memberimu apa-apa, selain kain kafan yang kau kenakan sekarang.” Mayat itupun merasa sangat sedih sekali. Kemudian, ia bertanya pada keluarganya, “Aku telah membesarkanmu nak, aku juga telah menafkahimu, telah menyekolahkanmu hingga kau dewasa. Istriku, akupun telah setia menemanimu hingga aku seperti sekarang ini. Apa yang bisa kalian lakukan untukku? Temanilah aku…” Keluarganya menjawab, “Kami akan menemanimu namun kami hanya sebatas mengantarkanmu menuju liang lahat.” Mayat itupun kembali menangis, semua yang telah ia kumpulkan di dunia ternyata tak berarti apa-apa baginya. Kemudian yang terakhir, ia bertanya pada amalnya, “Aku telah hidup hanya untukmu, siang dan malam aku bersamamu dan kaupun bersamaku. Sekarang, apa yang bisa kau lakukan?” Amal itupun menjawab, “ Betul, aku adalah bagian dari dirimu. Namun aku tak tahu, apakah aku akan menjadi teman sejati yang wangi, tampan, serta menghiburmu ketika dalam kubur nanti karena Aku adalah amal baikmu. Biarlah Allah yang menilai semuanya. Akupun tak tahu, apakah aku akan menjadi musuhmu kelak dalam kubur, berwajah buruk berbau busuk, serta tak pernah tersenyum. Karena Aku adalah amal burukmu. Biarlah Allah yang menilai semuanya.”
Teman-teman
semua, kisah diatas adalah kisah nyata ketika kita meninggal nanti. Namun bukan
perkara bagi kita menanyakannya “benar atau tidak?” karena perkara seperti di
atas hanyalah si mayat dan Allah yang tahu.
Setidaknya ada beberapa yang perlu kita petik hikmahnya adalah, semua yang kita kumpulkan sewaktu didunia ini ternyata tak akan kita bawa saat meninggal nanti. Tak ada satupun. Kecuali, Iman dan amal sholeh kita. Cukuplah dua hal ini sebagai penerang bagi kubur kita kelak.
Setidaknya ada beberapa yang perlu kita petik hikmahnya adalah, semua yang kita kumpulkan sewaktu didunia ini ternyata tak akan kita bawa saat meninggal nanti. Tak ada satupun. Kecuali, Iman dan amal sholeh kita. Cukuplah dua hal ini sebagai penerang bagi kubur kita kelak.
Namun
dalam sebuah hadist, Rasul saw bersabda bahwa “Ketika seorang anak adam meninggal
maka terputus darinya kecuali 3 hal. 1; sedekah jariyah 2; Ilmu yang bermanfaat
3; anak yang sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya”. Memang betul sekarang
kita belum memiliki anak, meskipun sudah, sudah sholehkah ia ?
Namun masih ada dua hal yang bisa kita kerjakan sekarang yaitu, sedekah jariyah. Sedekah yang manfaatnya bisa terus dirasakan meskipun si pemberi telah meningal. Kedua, ilmu yang bermanfaat, yaitu berupa sesuatu yang mayat tinggalkan, bisa berupa nasihat, motivasi, Al-quran yang ia hafalkan, buku yang ia tuliskan yang masih terasa manfaatnya bagi orang lain.
Namun masih ada dua hal yang bisa kita kerjakan sekarang yaitu, sedekah jariyah. Sedekah yang manfaatnya bisa terus dirasakan meskipun si pemberi telah meningal. Kedua, ilmu yang bermanfaat, yaitu berupa sesuatu yang mayat tinggalkan, bisa berupa nasihat, motivasi, Al-quran yang ia hafalkan, buku yang ia tuliskan yang masih terasa manfaatnya bagi orang lain.
- . Sedekah jariyah.
Hal ini bisa kita lakukan terus menerus. Selagi nyawa masih
dikandung badan kita tetap…tetap…tetap.. setiaa.. membela.. #ehh salah. Maaf.
Hehehe#. Selagi masih diberi kesempatan oleh Allah maka harta yang kita miliki
sekarang, sumbangkan pada sesuatu yang bermanfaat. Renovasi masjid misalnya,
memberi makan orang miskin, memberikan buku pada yang membutuhkan atau mentraktir teman. Tapi, harus temen yang rajin
ibadah ya, bukan yang brandal. :D
2.
- Ilmu yang bermanfaat.
Ilmu apa yang kamu kuasai sekarang ? Agama kah ? IPA kah ?
Psikologi kah seperti saya? Segeralah sebarkan ilmu itu, jangan di simpan dalam
diri. Pernah ada sebuah penelitian di China tentang sebuah perguruan Shaolin
disana. Penelitian itu juga ternyata bukan hanya meneliti para murid dan
gurunya namun beserta para pendahulunya yang telah meninngal dunia. Ternyata di
atas kuburannya, di tancapkan sebuah kayu, yang tingginya berbeda-beda antara
kuburan yang satu dengan yang lain. Setelah ditanya, “Apa maksud dari semua
ini?” Ternyata, kayu yang paling tinggi konon dulunya ia adalah seorang
menguasai jurus yang hebat dan tak tertandingi. Namun setelah diperhatikan,
kenapa makin baru usia kuburan maka kayu yang ditancapkan semakin pendek ?
Sayang sekali, ternyata sebuah “jurus” dan “keahlian” yang dikuasai oleh sang
Guru tidak di wariskan dan di ajarkan kepada para muridnya. Maka tak ada re-generasi disana. Banyak yang
hebat tetapi itu adalah para pendahulu mereka saja. Ilmunya tidak dimanfaatkan,
atau lebih tepatnya tidak di “alirkan.” Bayangkan, bagaimana bila satu jurus
saja di wariskan pada murid, dan begitu seterusnya?
Bagi kita muslim yang terus mengalirkan sebuah ilmu, sama sekali tak merasa hilang bahkan berkurang ilmu itu. Bahkan bertambah dan bertumbuh ! Ini memang sudah sunnatullahnya.
Bagi kita muslim yang terus mengalirkan sebuah ilmu, sama sekali tak merasa hilang bahkan berkurang ilmu itu. Bahkan bertambah dan bertumbuh ! Ini memang sudah sunnatullahnya.
Selagi
masih diberikan kesempatan, mari kita gunakan umur yang tak tahu kapan di ambil
Allah ini sebagai ibadah semata. Alirkan semuanya, jadilah bermanfaat bagi
manusia yang lain agar kelak tak menyesal ! :)
Semoga manfaat.
For more, find me @Iman_rk
For more, find me @Iman_rk
0 comments:
Post a Comment