Bukan pertama kali saya mendengar
pertanyaan atau pernyataan yang mengatakan bahwa apakah Akatsuki itu termasuk
unit kegiatan ekstra kurikuler sekolah. Dengan pertanyaan khas anak SMP/SMA, saya
ditanya begini, “Kak, Akatsuki itu Eks-School bukan, sih?” dan saya selalu
menyunggingkan senyum saat mendengarnya.
Untuk menjawab peratanyaan ini
perlu saya sampaikan terlebih dahulu sejarah (untuk lebih jelasnya, menyelam
saja di blognya yang saya post dibawah kolom komentar nanti) saat Akatsuki
berdiri. Dalam beberapa kesempatan saya bercerita pada adik-adik kelas,
guru-guru, salah seorang elit pemerintahan, orangtua siswa dan banyak pihak
yang bertanya mengenai latar belakang Akatsuki yang misterius dan sudah
berhasil mengambil hati anak-anak mereka. Saya katakan, “Akatsuki adalah
kumpulan remaja berprestasi dalam bidangnya masing-masing dan kami rekrut untuk bergabung. Dan semuanya
adalah siswa yang insyaAllah punya potensi untuk memajukan NTB dan Indonesia ke depannya.” Dengan
wajah mengkerut dan dengan wajah menyenangkan mereka yang mendengarkan
penjelasan saya ini mengangguk-angguk paham.
Sebagai organisasi berkembang,
dulu, ketika saya mendirikannya saya memang belum paham akan ilmu
keorganisasian dan tata nilainya. Serta budaya korporat yang harus saya
ciptakan. Jawabannya sederhana saja, karena usia saya pada waktu itu baru 13
tahun. Kelas 3 SMP. Namun seiring berjalannya waktu serta banyaknya saya
bertemu dengan orang-orang yang berpengalaman, buku yang saya baca, serta
impian yang saya yakini, Akatsuki menjadi lebih terang dan lebih bersuara
dibanding saat pertama kali saya mendirikannya. Kalau waktu itu, Akatsuki hanya
dikenal sebagai kelompok belajar yang beranggotakan 8 siswa SMP yang satu
siswanya menguasai minimal satu pelajaran. Dan sekarang sudah melebarkan tentakelnya menjadi 95 Siswa.
Yang menjadi pertanyaannya sekarang
adalah apakah pengertian dari Eks-School itu sendiri? Sebab bila kita bertanya
mengenai sejarah dan apa yang Akatsuki lakukan dan apa yang akan Akatsuki capai
saya rasa sudah memenuhi kriteria sebagai Eks-School. Pengertian sederhana dari eks-School
adalah, sebuah lembaga yang aktif dalam ruang lingkup persekolahan dan
memberikan kontribusi positif agar siswa mampu mengembangkan diri baik dalam
bidang psiko-motorik (sosial), kognitif (kecerdasan), dan afektif (empati). Begitulah
bahasa sederhana dari pengertian Eks-School yang saya ketahui.
Dan sebagai siswa yang sehat akal
dan pikiran, dimana pun ia bersekolah akan mengangguk mengiyakan ketika ia dijelaskan
pengertian eks-School adalah untuk mengembangkan kemampuan sosialnya agar ia
tidak kaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bergaul (Psiko-motorik), kemudian
agar mengasah kemampuan Leadership dalam dirinya (kognitif), serta ketika ia
berada dalam lingkungan yang baru, ia lebih mampu merasakan apa yang orang lain
rasakan dengan kata lain berempati terhadap orang lain (afektif).
Terlepas dari anggapan para siswa
atau siapapun yang bermental kalah dan (maaf) pecundang yang tak bisa
menghargai karya orang lain selain menghina dan menuduh Akatsuki sebagai
organisasi pemberontak, teroris, atau apapun, kami dan saya sendiri sebagai
pendirinya menutup telinga atas apapun yang mereka katakan. Sebab satu hal yang
saya yakini adalah, ketika oranglain berbicara tentangmu dibelakangmu, itu
berarti kau sudah terlampau jauh meninggalkan mereka. Dengan kata lain, yang
dibicarakan sudah lebih dulu sampai digaris finish dibanding mereka yang
membicarakan yang mungkin kelelahan dan tak mampu bersaing lagi. Hanya bisa
membicarakan oranglain yang lebih dulu berhasil.
Nah, kesimpulannya adalah, Akatsuki sudah lebih dari cukup untuk memenuhi
kriteria itu. Maka bila masih ada yang bertanya apakah Akatsuki itu eks-School
atau bukan? Saya dengan santai menjawab: Iya, Eks-School :)
Founding Father of Akatsuki
Organization: @Iman_rk :D