Aku mengenal
banyak manusia dengan masa-lalu mereka masing-masing. Bagaimana mereka
berbicara, bagaimana mereka bertindak dan bagaimana mereka memandang dan
menilai sesuatu. Ku yakini satu hal; itu semua adalah hasil pilihan mereka di masa-lalu.
Entah sudah
setebal apa Malaikat bersayap cahaya itu menenteng buku catatan amal perbuatan
mereka – juga amalku sendiri. Namun tentu saja, didalam hidup ini ada
bercak-bercak dosa yang tak mungkin kami hindari. Tidak ada satupun keturunan
Adam di Bumi yang tidak melekat padanya percikan dosa. Kecuali dia yang terakhir diutus.
Dalam topic
pembicaraan yang paling tidak aku sukai adalah saat mereka menyinggung soal
masa-lalunya sendiri, dan mereka yang sok suci itu menyinggung masa-laluku
juga. Aku muak dengan mereka. Muak dengan penuturan mereka yang seolah mereka
juga tak pernah punya salah. Apapula maksudnya menyalahkan ini dan itu hanya
karena mereka tidak pernah melakukannya? Sepertinya, mereka itu berhati batu
sampai-sampai tidak peduli dengan apa yang oranglain rasakan.
Segala sesuatu
pasti punya jalan untuk kembali.
Zindegi Migzara
– kata orang Afghanistan. Hidup akan tetap terus berjalan. Kita hanya menunggu
waktu apakah masih diberi kesempatan oleh Dia yang menciptakan kita untuk
kembali memandikan diri dengan permohonan maaf. Kita tak pantas menilai
oranglain dalam sekejap hanya karena masa-lalunya yang tidak sesuai dengan
masa-lalu kita. Sungguh naïf.
Dan setiap kita,
punya cara tersendiri bagaimana proses berjalan menuju Allah. Tunggu saja
waktunya. Dengan mengingatkan, dengan menasihati, dengan memberi, dengan
memahami, dengan mengerti, dengan simpati, dengan menerima, dan dengan cinta.
Apa sudah kita lakukan itu untuk mereka yang ingin kembali dan, kalian tahu
kenapa aku sangat membenci topic pembicaraan mengenai masa-lalu?
Itu karena aku
memahami segala sesuatu tentang penyesalan.
0 comments:
Post a Comment