Menjadi
hebat dan sukses adalah sebuah keniscayaan, tak ada yang betul-betul terjadi.
Kecuali kita benar-benar berikhtiar dan mau berkorban untuk hal itu. Terlebih
lagi, menjadi hebat dan sukses tidak semudah membalik telapak tangan. Dinamika
dan tantangan adalah dua bumbu yang tak bisa di hindari, dan jika ingin hebat
dan sukses tanpa adanya 2 hal itu, maka kehebatan dan kesuksesan kita adalah
sesuatu yang instan ! Tanpa rasa, tanpa makna ! Terjadi begitu saja tanpa ada kenangan
dan tak ada yang mengenang.
Berdakwah misalnya, untuk menjadi
hebat dan sukses lelah-lelah dalam berdakwah adalah sesuatu yang wajar dan akan
kita rasakan, dan kadang kita merasa ingin menyerah sejak dari awal. Makian,
sindiran, hingga cacian manusia senantiasa mengiringi langkah mulia ini. Namun
bagi mereka yang merindukan akan kebangkitan Islam, bagi mereka yang merindukan
Surga Allah, dinamika adalah nikmat. Tantangan bagaikan kemenangan yang kian
dekat. Karena mereka yakin, dan tidak menggunakan visi mereka sebatas pada mata
!
They believe in something that
cannot be seen by eyes !
Orang-orang seperti inilah para
Ksatria Allah. Hadist dan Al-quran sebagai satu-satunya penggerak dan
inspirator bagi mereka !
Apa guna perkataan manusia ? Cacian, sindiran, hinaan mereka
bagaikan fatamorgana belaka.
Seorang ulama besar, yang namanya
masih kita sebut hingga saat ini. Seorang Ulama Yatim. Seorang Ulama yang
mengelilingi dunia hanya karena sebuah hadist. Seorang Ulama yang wara dan
terkenal dengan zuhudnya. Seorang Ulama
yang terus berjuang membela kebenaran.
Ulama tersebut melindungi Al-quran
dari paham filsafat sesat yang mengatakan bahwa Al-quran adalah Mahluk. Bahkan
ia rela dicambuk hingga ratusan kali hingga mematahkan tulang pundaknya dan
akhirnya dilempar dalam penjara selama tiga dekade.
Seseorang bertanya padanya: “Wahai Imam, tubuhmu telah kurus dan kering. Lukamu telah menggerogoti tubuhmu, sampai kapan engkau akan terus berjuang?”
Ia menjawab: “Seorang Muslim hanya boleh beristirahat ketika ia telah menginjakkan kakinya kedalam Surga !”
Seseorang bertanya padanya: “Wahai Imam, tubuhmu telah kurus dan kering. Lukamu telah menggerogoti tubuhmu, sampai kapan engkau akan terus berjuang?”
Ia menjawab: “Seorang Muslim hanya boleh beristirahat ketika ia telah menginjakkan kakinya kedalam Surga !”
Tidak lama kemudian beliau meninggal
karena rasa sakit dan luka yang dibawanya dari penjara semakin parah dan
memburuk. Pada hari itu tidak kurang dari 130.000 Muslimin yang hendak
menshalatkannya.
Ulama tersebut adalah, Ahmad bin
Hanbal.
0 comments:
Post a Comment