Tuesday, July 30, 2013

My Story #2



              Setelah mengenal siapa Tuhan sebenarnya pertanyaan saya selanjutnya adalah: “Siapa Nabi Muhammad? Kenapa dia begitu di hormati dan di kagumi ? Apa yang dia lakukan ? Jika hanya membawaa Islam, kemungkinan besar ini bisa menjadi konspirasi antara orang-orang Arab saat itu “   

              Saat SMA kelas 2, saya betul-betul mengalami krisis keimanan yang sangat parah ! Saking parahnya, sholat saya tinggalkan untuk waktu yang lama. Parah, benar-benar parah. Bahkan dengan sombongnya, saya sering mengampanyekan bahwa yang terjadi di seluruh Dunia ini hanyalah konspirasi global. Saya tak percaya pada apapun dan siapapun. Saya begitu kritis, kritis dalam kebodohan yang saya pertahankan sendiri !


             Menelusuri dan bertanya tentang hal yang aneh-aneh, kenapa ada dinosaurus ? Dari mana orang-orang tahu bahwa Dinosaurus memiliki jenis kulit yang kasar sementara yang orang-orang temukan adalah tulang-belulangnya saja ? Dari mana pula mereka mengetahui bahwa T-rex, dinosaurus terkuat saat itu, memiliki warna kulit kuning dan hijau ? Dari mana ?! Ini konspirasi, penipuan dan pemalsuan sejarah ! saya hanya bisa protes dan bertanya. Sangat disayangkan, saat itu teman-teman tak banyak membantu. Hanya terus-menerus tenggelam dalam kegelapan ilmu pengetahuan. Karena tak puas dengan keadaan itu saya kemudian berpikir, “ Saya tak benci dengan Agama ini. Justru karena saya sangat mencintai Agama ini maka saya menggugat. I just struggle to surrender !”


                Menggugat untuk beriman. Itulah kata yang tepat untuk saya sandang ppada saat itu. Saya hanya sedang mencari keimanan, hanya itu ! Terombang-ambing dalam dilema keimanan. Tak ada yang betul-betul memahami bahwa saya mengalami hal ini. Mungkin teman-teman dalam kelas juga merasa sangat biasa, dan seolah tak terjadi apa-apa. Lalu, jumpalah saya dengan seorang adik kelas yang bernama awaliah dan hilda. Mereka ini memiliki latar belakang yang tak kalah menarik. Namun untuk mempersingkat, tidak saya ceritakan semua. Bisa ketiduran ntar… hehehe!

                    Apa yang saya cari satu per satu mereka beritahu dan bimbing serta mereka rela meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan saya. Dalam pandangan saya, mereka ini bukan orang biasa. Pemikiran di luar mainstream telah menancap dalam kepala mereka, tentunya pemikiran seperti ini adalah hasil tempaan Islam. Bahkan tak jarang dalam diskusi ini kami berbeda pendapat, wajarlah karena kepala boleh sama tapi isi pasti beda. Lalu seiring berjalannya waktu, saya hanya mampu berserah pada semua ini.     
  
            Saya berpikir lagi, “tidak mungkin, di tengah keterpurukannya dan fitnah yang datang menyerbu Agama ini, lalu semakin banyak saja orang yang datang memeluk Agama ini ! Muhammad pastilah seorang utusan Tuhan, dan Agama ini pasti Agama Tuhan !”And then, in 14 years old I am Surrender…Islam has change my world.


Telusuri Part I bagian dari cerita ini | :)Semoga Manfaat. For more, find me @Iman_rk

Saturday, July 20, 2013

My story #1


                “Brother, siapa Tuhan sebenarnya?” Aku bertanya dengan rasa yang sangat ingin tahu ketika itu.
“ Allah, ada apa ? Kok kamu nanya begituan?” Sambar sahabatku sekaligus dengan rasa penasaran yang mengerutkan dahinya.
“ Beberapa hari yang lalu, aku nonton Film: Vertical Limits, disana ada dialog yang sekarang aku sedang mencari kebenarannya. Aku tak takut dengan pertanyaan ini, aku hanya penasaran dan butuh kepastian brother.” Kataku sambil menundukkan kepalaku.
“ Gini aja, yang buat kamu penasaran sama dialog itu apa? Mungkin aku bisa sedikit ngasi penjelasan.”  Sahabatku berusaha berpikir sebisanya.
“ Dalam akidah kita, Allah adalah satu-satunya Tuhan dan memang gak ada Tuhan lain selain Dia. Namun yang di peracaya oleh saudara kita dari Nashrani adalah ketika para pengikut Kristen tidak mempercayai Paus, mereka akan masuk neraka ! Sama, ketika sadudara kita yang beragama Hindu, bagi mereka yang tak mempercayai Dewa-dewi akan masuk Neraka ! Dari Budddha pun begitu, semua Agama yang ada dibumi, termasuk kita yang tak mempercayai Allah akan masuk Neraka !? Jadi, apa mungkin kita semua akan masuk neraka ketika kita tidak mempercayai satu sama lain ?!” Aku bercerita dengan nada dan penekanan serius, dan berharap sahabatku mampu membaca emosi dilemmaku saat itu.
“Hm…Hmm…”
“Jangn hmm..hmm doang gitu dong ! Ayo bantu aku jawab, “ Teriakku kesal.
Temanku ini memang memiliki akidah yang lumayan kuat dibanding kami semua yang ada di kelas. Kemudian dia lebih sopan, tak banyak berbicara dan sangat mencintai Islam. Maka, untuk memecahkan masalah ini, aku belum berani menanyakannya pada guru apalagi orangtua. Dan kebetulan dia anggota PII (Pelajar Islam Indonesia)“ Bro, yang perlu kita tahu adalah pencipta satu-satunya dan yang menciptakan semua alam semesta ini hanya Allah. Disamping itu adalah hasil dari ciptaanNya, dan yang lain tentu pasti bukan Tuhan.” Tegas dan logis. Namun ini belum memuaskanku karena penjelasannya belum menggunakan dalil yang kuat dan perbandingan yang cerdas.“ Owh, gitu… Tapi bukan itu konteks pertanyaanku bro. Jelaskan saja siapa Tuhan sebenarnya? Aku gak mau masuk neraka !” Kataku yang waktu itu hanya memikirkan Neraka aja (hehehe).“Ya udah, gini aja. Saya ajak kamu ikut kegiatan di luar kota. Disana nanti kamu bakal ketemu sama ustadz-ustadz yang ilmunya lebih tinggi dari pada saya. Gimana?”“Oke, boleh-boleh.” Ku iyakan segera, daripada harus penasaran sampe kebawa mati.                          Beberapa setelah hari itu aku masih mengalami dilema yang kuat. Namun karena terbatasi oleh umurku yang masih 14 Tahun, aku takut bertanya pada orang-orang dewasa. Aku diamkan dan mengajak beberapa teman di sekolah dan teman-teman dari PII (saat itu belum ada ROHIS di daerahku) untuk berdiskusi masalah ini. Namun sama saja, aku di ajak untuk mengikuti kegiatan mereka diluar kota.
“Wah, kalo gini harus minta izin sama orangtua nih” Gumamku dalam hati.
                 Beberapa minggu (atau mungkin bulan soalnya lupa. Itu kejadian waktu SMA kelas 2.) kemudian kegiatan itu diadakan. Aku menginap di kota itu, dan hanya memakan waktu dua hari.
Tiba ketika pemberian materi, aku dan teman-teman yang lain menyimak dengan seksama dan berusaha paham. Dan tibalah sesi tanya jawab, ini dia yang aku tunggu. Aku paham betul bahwa materi malam itu berbeda dengan apa yang akan aku tanyakan saat ini. Tapi, kalau tidak sekarang kapan lagi?! Ini kesempatan bagus.
“Ada yang ingin bertanya?” Tanya moderator.
Ada 2 anak yang mengangkat tangan. Aku salah satunya.
“Silahkan kamu dulu…”
Moderator menunjukku
                Tentu pertanyaan yang aku lontarkan sekarang hampir sama dengan yang aku tanyakan pada sahabatku dan teman-teman yang ada disekolah. Namun udah sedikit aku edit dan aku rubah lebih kritis dan padat makna tentunya.
Setelah aku selesai bertanya, ku perhatikan wajah di sekelilingku. Semua menatapku dengan kagum, ada pula yang sampai mingkem (awas kemasukkan nyamuk woy :D ) dan ada yang mengernyitkan dahi. Entah apapun yang mereka rasakan, yang pasti mereka juga sepakat dengan pertanyaanku itu. Bahkan satu ruanganpun mengiyakan, bahwa memang inilah pertanyaan yang “seharusnya” bagi anak remaja se-usiaku.
Pemateri itu menghela napas panjang.
“ Pertanyaan yang luar biasa. Ini pertanyaan yang tak bisa dijawab oleh sembarang orang.” Pemateri itu berkomentar.
Wah, dadaku seperti ada pacuan kuda didalamnya. Riuh gemuruh saking deg-degannya. Dan aku lumayan senang karena di puji begitu.
“ Bismillah, saya akan menjawab sebisanya. Mudah-mudahan bermanfaat.” Pemateri mengguman.
“ Jika kita berbicara masalah alam semesta, tentu semua hal ini tak terjadi secar kebetulan. Tentu pasti ada peran Sang Pencipta. Coba kamu bayangkan matahari. Matahari itu gak mungkin tercipta dengan sendirinya, bulan juga begitu. Mulai dari yang terkecil hingga yang terbesar, ini semua pasti di ciptakan ! Dan kesimpulannya, ini semua tak mungkin di ciptakan oleh mahluk, hanya Allah yang membuat dan yang dapat mengkreasi sesempurna ini !”

Semua terdiam…

“ Apalagi diciptakan oleh dewa, buddha dan yesus. Mereka semua mahluk, dan gambaran budaya lihat saja bentuk fisik mereka. Mereka bisa dilihat dan di raba lewat gambar dan patung. Itu bukan Tuhan ! “

“Subhanallah… Hebat. ” Aku berbisik dalam hati.
“Jelas dek ?” Tanya moderator tiba-tiba.
“Ah, iya. Jelas-jelas… “ Aku tersenyum simpul.
Kelas bubar.
Kami semua yang ada dalam ruangan itu semua keluar dan kembali ke kamar masing-masing.
“Terjawab sudah… PERTANYAAN PERTAMAKU !!” Bisikku saat mengambil selimut dan mulai memejamkan mata.

Akupun tertidur.

Semoga manfaat.


For more, find me @Iman_rk

Friday, July 5, 2013

Alirkan terus…terus dan terus !!!



“Khairunnas anfa uhum linnas” | “sebaik-baik manusia adalah yang memberi manfaat pada orang lain” [HR. Tirmidzi]
-Muhammad SAW-
                

 Banyak para inspirator para motivator dan para tor..tor yang lain mengatakan bahwa, “Mulailah dari akhir”, “start from the end’. Maksudnya adalah bahwa setiap tujuan maupun visi kita dalam hidup adalah target akhir. Misal, kita ingin sukses. Ingin bahagia dan ingin menjadi pribadi yang lebih baik dari yang sebelumnya, maka sesuatu yang kita pasang adalah cita-cita atau impian kita. Kita haruslah memiliki target ! Mau jadi apa kita nantinya, itulah yang dimaksud dengan “Mulailah dari akhir”.
                Maka, kali ini kita juga akan membahas tentang itu. Beberapa waktu lalu saya teringat sebuah nasihat bijak dari seorang Mayat yang menceritakan pengalaman hidupnya ketika menjelang kematiannya.(Wah jangan becanda donk kak, masa’ Mayat bisa ngomong?  | Jangan tanya, simak dulu ceritanyaa ! >_<)
Ketika ia meninggal, tak ada yang bisa ia lakukan selain berbicara pada 3 hal. Harta, keluarga, serta amalnya.
Saat itu ia benar-benar ketakutan, takut yang luar biasa. Ia berkata pada hartanya, “aku telah memperjuangkanmu siang dan malam, aku telah meneteskan keringatku untukmu. Bahkan aku tak tahu aku mendapatkanmu dengan cara yang halal atau yang haram. Apa yang bisa kau lakukan untukku sekarang ?” Harta itupun menjawab, “Aku tak bisa memberimu apa-apa, selain kain kafan yang kau kenakan sekarang.” Mayat itupun merasa sangat sedih sekali. Kemudian, ia bertanya pada keluarganya, “Aku telah membesarkanmu nak, aku juga telah menafkahimu, telah menyekolahkanmu hingga kau dewasa. Istriku, akupun telah setia menemanimu hingga aku seperti sekarang ini. Apa yang bisa kalian lakukan untukku? Temanilah aku…” Keluarganya menjawab, “Kami akan menemanimu namun kami hanya sebatas mengantarkanmu menuju liang lahat.” Mayat itupun kembali menangis, semua yang telah ia kumpulkan di dunia ternyata tak berarti apa-apa baginya. Kemudian yang terakhir, ia bertanya pada amalnya, “Aku telah hidup hanya untukmu, siang dan malam aku bersamamu dan kaupun bersamaku. Sekarang, apa yang bisa kau lakukan?” Amal itupun menjawab, “ Betul, aku adalah bagian dari dirimu. Namun aku tak tahu, apakah aku akan menjadi teman sejati yang wangi, tampan, serta menghiburmu ketika dalam kubur nanti karena Aku adalah amal baikmu. Biarlah Allah yang menilai semuanya. Akupun tak tahu, apakah aku akan menjadi musuhmu kelak dalam kubur, berwajah buruk berbau busuk, serta tak pernah tersenyum. Karena Aku adalah amal burukmu. Biarlah Allah yang menilai semuanya.”
                Teman-teman semua, kisah diatas adalah kisah nyata ketika kita meninggal nanti. Namun bukan perkara bagi kita menanyakannya “benar atau tidak?” karena perkara seperti di atas hanyalah si mayat dan Allah yang tahu.
Setidaknya ada beberapa yang perlu kita petik hikmahnya adalah, semua yang kita kumpulkan sewaktu didunia ini ternyata tak akan kita bawa saat meninggal nanti. Tak ada satupun. Kecuali, Iman dan amal sholeh kita. Cukuplah dua hal ini sebagai penerang bagi kubur kita kelak.
                
              Namun dalam sebuah hadist, Rasul saw bersabda bahwa “Ketika seorang anak adam meninggal maka terputus darinya kecuali 3 hal. 1; sedekah jariyah 2; Ilmu yang bermanfaat 3; anak yang sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya”. Memang betul sekarang kita belum memiliki anak, meskipun sudah, sudah sholehkah ia ?
Namun masih ada dua hal yang bisa kita kerjakan sekarang yaitu, sedekah jariyah. Sedekah yang manfaatnya bisa terus dirasakan meskipun si pemberi telah meningal. Kedua, ilmu yang bermanfaat, yaitu berupa sesuatu yang mayat tinggalkan, bisa berupa nasihat, motivasi, Al-quran yang ia hafalkan, buku yang ia tuliskan yang masih terasa manfaatnya bagi orang lain.


  • .       Sedekah jariyah.

Hal ini bisa kita lakukan terus menerus. Selagi nyawa masih dikandung badan kita tetap…tetap…tetap.. setiaa.. membela.. #ehh salah. Maaf. Hehehe#. Selagi masih diberi kesempatan oleh Allah maka harta yang kita miliki sekarang, sumbangkan pada sesuatu yang bermanfaat. Renovasi masjid misalnya, memberi makan orang miskin, memberikan buku pada yang membutuhkan atau mentraktir teman. Tapi, harus temen yang rajin ibadah ya, bukan yang brandal. :D
2.   

  •         Ilmu yang bermanfaat.

Ilmu apa yang kamu kuasai sekarang ? Agama kah ? IPA kah ? Psikologi kah seperti saya? Segeralah sebarkan ilmu itu, jangan di simpan dalam diri. Pernah ada sebuah penelitian di China tentang sebuah perguruan Shaolin disana. Penelitian itu juga ternyata bukan hanya meneliti para murid dan gurunya namun beserta para pendahulunya yang telah meninngal dunia. Ternyata di atas kuburannya, di tancapkan sebuah kayu, yang tingginya berbeda-beda antara kuburan yang satu dengan yang lain. Setelah ditanya, “Apa maksud dari semua ini?” Ternyata, kayu yang paling tinggi konon dulunya ia adalah seorang menguasai jurus yang hebat dan tak tertandingi. Namun setelah diperhatikan, kenapa makin baru usia kuburan maka kayu yang ditancapkan semakin pendek ? Sayang sekali, ternyata sebuah “jurus” dan “keahlian” yang dikuasai oleh sang Guru tidak di wariskan dan di ajarkan kepada para muridnya.  Maka tak ada re-generasi disana. Banyak yang hebat tetapi itu adalah para pendahulu mereka saja. Ilmunya tidak dimanfaatkan, atau lebih tepatnya tidak di “alirkan.” Bayangkan, bagaimana bila satu jurus saja di wariskan pada murid, dan begitu seterusnya?
Bagi kita muslim yang terus mengalirkan sebuah ilmu, sama sekali tak merasa hilang bahkan berkurang ilmu itu. Bahkan bertambah dan bertumbuh ! Ini memang sudah sunnatullahnya.
                 

        Selagi masih diberikan kesempatan, mari kita gunakan umur yang tak tahu kapan di ambil Allah ini sebagai ibadah semata. Alirkan semuanya, jadilah bermanfaat bagi manusia yang lain agar kelak tak menyesal ! :)

Semoga manfaat.
For more, find me @Iman_rk

Wednesday, July 3, 2013

The Biggest Dilemma, Beetwen Religion and a Dream ! #Psychologi

         Untuk memulai tulisan yang merupakan kajian sederhana ini kami sangat ragu-ragu, ada ketakutan lain dalam diri. Semisal, tulisan ini akan menjadi kajian yang jauh dari ilmiah atau hanya menyudutkan Psikologi itu sendiri atau pihak tertentu. Namun jauh dalam hati kami tak ingin melakukan itu. Niat pun tidak.
Namun hanya ingin sedikit menyampaikan beberapa hal terkait Psikologi dan, kami berharap semoga tulisan ini menjadi bahan renungan kita dan semoga bisa menginspirasi kita sebagai Muslim agar lebih mendalami psikologi dan agama ini. Serta menjadikan kita sebagai Psikolog Muslim yang jauh dari “Lubang Biawak”.
                
            Belum lama ini, kami mencintai dan mengagumi Psikologi, sebuah ilmu pengetahuan independent dari eropa yang lahir sekitar tahun 1.600an. Menurut kami, sebuah ilmu yang relatif muda, bagi kami secara pribadi mempelajari dan mendalami Psikologi adalah hal yang menarik, karena banyak teka-teki disana. Namun sejauh yang kami tahu, Psikologi banyak dipengaruhi oleh paham dan aliran yang “mengesampingkan” Tuhan.
Kami berpikir, ilmu pengetahuan modern, sebagaimana yang dirumuskan Hegel, mestinya bersifat objektif dalam menjelaskan fenomena alam, dan hal ini merupakan suatu kaidah ilmiah yang mendasar. Plato dan Aristotelaes pun – yang dipandang sebagai peletak dasar pendekatan ilmu untuk rasio semata, lepas dari ideologi dan nilai-nilai dalam kehidupan manusia – ternyata tidak dapat melepaskan diri dari pra-konsepsi, dugaan-dugaan dan keyakinan rasio.
                
             Sekali lagi, sifat objektif 100% dalam ilmu pengetahuan tampaknya merupakan suatu hal yang MUSTAHIL, karena “the man behind the science” adalah mahluk yang memiliki kepentingan dan ambisi-ambisi pribadi dan kelompok. Ambisi-ambisi tersebut bersifat material ataupun filosofis-ideologis. Manusia, adalah mahluk yang memiliki kepribadian, keyakinan, keinginan, harapan, angan-angan. Karena itu manusia tak akan pernah dapat melepaskan dirinya 100% dari elemen subjektivitas.
Ilmu pengetahuan modern, termasuk Psikologi, yang tengah berkembang saat ini ternyata tidak dapat melepaskan dirinya dari pengaruh ideologi, angan-angan, dugaan, pra-sangka, kepentingan-kepentingan pribadi dan kelompok.
                
            Saat ini, kami masih semester II, namun kami mulai merasakan dilema yang kuat. Pilihan antar cita-cita dan akidah ! Menurut beberapa kelompok yang “sok” ilmiah, mengatakan: “Agama adalah gejala yang tidak dewasa dalam mengatur ilmu pengetahuan.” Sedangkan menurut Agama dikatakan bahwa: “Psikologi adalah ilmu nakal yang mencoba mengkaji manusia dengan sudut pandang yang sempit.” Memang, telah banyak ilmu yang kami tahu dalam psikologi yang mungkin memberikan peran positiv untuk Islam, seperti kondisioning klasik dan kondisioning operant juga teori belajar Albert Bandura. Yah, meskipun kami belum tahu bahwa sudah banyak Psikolog-psikolog muslim di luar sana yang menyumbangkan pemikiran mereka untuk Psikologi. Psikologi Islami khususnya.
                
           Beberapa waktu lalu, saat sedang membaca buku-buku Psikologi,baik terjemahan ataupun karya asli Psikolog indonesia kami temukan banyak tokoh yang sama didalamnya. Dan memang hanya mereka.
Ketika kami merasa penasaran dengan beberapa tokoh utama dalam Psikologi, kami dengan gencar mencari tahu tentangnya. Misalnya Skinner, Maslow dan bapak Psikoanalisa Sigmund Freud. Tiga orang yang telah banyak memberikan sumbangan dalam Psikologi. Dan ternyata mereka, menurut literatur dan informasi yang kami dapat ternyata mereka adalah Atheis.
Dikaitkan dengan perkara ibadah, Skinner dengan teori fenomenal Operant Condisioning-nya, Skinner mengatakan bahwa agama hanyalah khayalan dan takhayul ! Karena itu menurut Skinner, ibadah hanyalah proses reinforcement yang diulang-ulang sehingga menimbulkan pujian dan ketenangan, lalu dengan hal inilah Manusia yang “sholeh”dalam tiap agama cenderung mengulangnya.
Reaksi yang lebih parah adalah sikap Freud terhadap Agama dan sosok Tuhan. Dalam merangkum pandangan Freud tentang Agama.
 Henry El-lenburger menulis: “Meskipun Freud menghina filsafat, namun secara jelas ia menyatakan ide-ide filsafatnya yang mempunyai kaitan dengan ideologi yang materialis dan ateis. Dan filsafatnya ini adalah sebuah bentuk ekstrim dari positivisme, paham yang dianggap membahayakan agama dan menganut metafisika yang berlebihan… Freud mendefinisikan Agama sebagai sebuah ilusi,... suatu bentuk neurosis yang universal, semacam obat bius yang menghambatseseorang untuk bisa secara bebas menggunakan kecerdasannya, dan sesuatu yang harus dibuang oleh Manusia.”

                
            Kami terdiam… tersenyum simpul, entah apapun yang kami rasakan saat itu namun yang pasti adalah sebuah dilemma. Namun kami tak merasa khawatir, sebab info yang kami dapat bahwa Freud adalah seorang Freemason. Bukan hal yang mengejuttkan.
Tapi, hal yang membuat kami khawatir adalah saudara-saudara kami yang lain. Kami khawatir bagaimana jika mereka suatu saat nanti meng’iya’kan apa yang Freud dan Skinner kemukakan.

Akhir kata, semoga Allah meindungi kita semua.
Melalui kajian singkat dan sederhana ini, mudah-nudahan dapat memberi manfaat. Sedikit atau banyak. Mohon di kritsi dan diberi saran yah teman-teman. Demi menjaga keutuhan dan kemurnian Psikologi dari gangguan lisan jahat orang-orang yang ingin menyesatkan kita dari jalan Allah swt.
Dan suatu saat nanti – mari kita sama-sama berharap dan berdoa pada Allah – semoga muncul seorang Psikolog Muslim yang berlandaskan Qur’an dan Sunnah yang mulia. Dan kami berharap, mudah-mudahan itu adalah kita. Aamiin. :)
 


Semoga manfaat.
For more, find me @Iman_rk

 

© 2013 Be a Ghazi. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top