Beberapa waktu lalu saya telah bertekad ingin menulis tentang lanjutan tulisan "From Titanic We Learn part II" yang secara khusus membahas tentang wanita, dan Alhamdulillah sekarang tekad itu tersampaikan. :)
Sekarang
kita sambung lagi
pembahasannya.
Jelas
sekali dalam Islam bahwa pengukir peradaban tidaklah legkap tanpa hadirnya
seorang pemuda yang memiliki mental penakluk, bagaimana kemudian pemuda yang
terus menerus menempa diri mereka agar memiliki mental ksatria, sebagaimana
Nabinya dan para pahlawan dalam Islam. Itulah mental pertama yang harus mereka
tanamkan dalam diri mereka masing-masing.
Lalu
pertanyaannya, bagaimana kemudian meng-edukasi anak-anak ini agar tumbuh
seperti itu ?
Pemuda
yang luar biasa tentu saja tidak boleh dipisahkan dari peran Ibunya, kenapa?
Karena dalam suatu pepatah mengatkan bahwa “Ibu memberikan pelajaran sementara
ayah memberikan teladan.” Kenapa harus ibu ? Sederhana, ketika anak-anak hendak
ingin tidur, siapa yang menemaninya sampai ia terlelap? Siapa yang akan
membacakan ia cerita tatkala ia ingin mendengarkan cerita ? siapa yang
memberikan pelukan hangat ketika ia merasa resah dalam lelahnya bermain ?
Ibunya… :)
Maka,
sang Ibu ini ha-ruslah memilih-milih referensi heroic yang bisa ia ceritakan
pada anak-anaknya menjelang ia tertidur agar isi dari cerita itu dapat ia
praktekkan dalam kehidupannya.
Dalam
penelitian di inggris, ada sebuah kelas yang berisi anak-anak yang berusia
kira-kira 4-6 tahun. Kemudian para murid itu di bagi menjadi dua kelompok dan
dibacakanlah cerita yang sama, yaitu tentang Seorang Ksatria yang Menyelamatkan
sang Putri. Kisah ini seperti yang kita duga dalam berbagai kasus penyelamatan,
yaitu dimana sang Putri dijaga oleh Naga yang mengerikan yang dapat
menyemburkan Api ! Singkat cerita, cerita ini sedikit di rubah versinya ketika
disampaikan kepada anak-anak tadi, kelompok yang A dibacakan kisah perjuangan
yang hingga sang Ksatria mengalami cedera berat, seperti patah tangan, wajahnya
tergores dan perutya terbakar, namun ia dapat menyelamatkan sang Putri dan,
akhirnya membunuh Naga tersebut. Kelompok B, di kisahkan Ksatria ketika
menghadapi Naga dia malah kabur lari tunggang langgang, ketakutan..
Hasilnya
?
Setelah
20 tahun kemudian, ada perbedaan yang sangat signifikan dari kedua kelompok
yang dibacakan kisah tadi. Kelompok A hidup dengan keberanian dan penuh
tantangan namun mereka secara sigap menjalani hidup, mereka memiliki daya juang
layaknya sang Ksatria yang mereka dengar 20 tahun lalu. Kelompok B hidup dengan
penuh penyesalan dan terus-menerus mengeluh, dan mudah menyerah, istilah anak
jaman sekarang… 4L4y… :D
Inilah
yang namanya Bad Time Story (Cerita Pengantar Tidur), dan Bad Time
Story hanya akan di dengar oleh anak-anak bila sang Ibu yang
menceritakannya :) Karena ada keterlibatan emosi disana. Maka mulai dari sekarang
#DearShalihat yang sudah mejadi Ibu dan para calon ibu yang membaca tulisan
ini, segera penuhi kepala dengan cerita-cerita pahlawan dalam Islam, terutama
Muhammad SAW. Muhammad Al Fatih, Shalahuddin Al Ayyubi, Thariq Bin Ziyad, dan
lain-lain, agar mental pemuda dan generasi sebelumnya dapat tersalurkan dalam
pikiran anak-anak kita sehingga mereka dapat beramal, berbuat, bertindak
seperti para Pahlawan yang mereka dengar dari Umminya tercinta…
Siapalagi
kalo bukan Anda ? :)
Semoga
tulisan ini bermanfaat | remember “Bad Time Story” :)
Find
me on twitter @Iman_rk for more :D
0 comments:
Post a Comment