Saturday, November 16, 2013

Khotbah Paus atau hukum Islam ?

11/16/2013 07:33:00 PM

Setelah pulang dari sholat jumat di UGM kemarin, saya menyempatkan untuk membeli Koran Harian Pagi Tribun Jogja, karena ketika itu merasa terpanggil untuk membeli. Saat itu saya membuka beberapa halaman untuk di baca, karena agar tak membuang waktu, koran itu saya seleksi, bagian mana yang harus dibaca dan mana yang tidak.

Singkat cerita, sampailah saya pada hal. 12 dan mulai menyoroti sebuah judul tulisan “Mafia Berencana Bunuh Paus Fransiskus”. Saya tersentak, dan bertanya dalam hati “Dengan alasan apa sang Paus ingin di bunuh ?” dalam laporan Nicola Gratteri, Wakil Kepala Jaksa Reggio Calabria, ia berkata “Mafia sedang mempertimbangkan sebuah serangan mematikan terhadap Paus Fransiskus. Demikian peringatan dari seorang jaksa senior dari Italia Selatan. Nyawa paus berada dalam bahaya karena keinginannya untuk menyapu bersih korupsi telah membuat kelompok penjahat terorganisasi ketar-ketir.”

Yang lebih menggeparkan lagi, Paus Fransiskus dalam awal pelantikannya, ia langsung membidik Mafia, meminta mereka segera bertobat dalam aksinya yang terus meneror dengan aksinya ‘mengeksploitasi dan dan memperbudak rakyat’. Dan apa hanya itu saja ? Tidak. Paus baru-baru ini – dengan khotbahnya yang paling berapi -api paus mengatakan bahwa para pejabat yang menerima suap harus ‘di ikat dengan batu dan dilempar ke laut!’

Mafia yang di maksudkan oleh paus adalah Mafia Ndrangheta yang mengkhususkan diri pada perdagangan Kokain sekitar 80% pasar di Eropa dan telah mengivestasikan keuangannya ke Italia Utara. Saking hebatnya mafia ini tidak bekerja sendiri, dalam organisasi atau kelompok sebesar Ndrangheta, mereka menjalin hubungan baik dengan organisasi teroris diseluruh dunia dan kartel Narkoba Amerika selatan.

Deklarasi perang yang telah Paus komandokan, tentu buka menjadi masalah kecil bagi para Mafia Ndrangheta. Karena dengan deklarasi ini, ruang gerak mafia Ndrangheta semakin mengecil. Dan ternyata, bukan hanya bisnis Kokain, namun menurut Nicola Gratteri, para mafia ini “makan dari kekayaan dan kekuasaan yang datang langsung dari gereja”. 

Adalah sesuatu yang wajar di bicarakan oleh penduduk bumi bila topic yang di angkat adaah sebuah keserakahan dan penindasan, apalagi bila merusak hak hidup orang lain. Namun, bila keputusan yang di angkat oleh Paus adalah keputusan terbaik – saya rasa, kita sebagai ummat muslim sekalipun setuju. Bukan terletak pada perintah dan deklarasi dalam khotbahnya, namun demi kebaikan ummat manusia.
 
Namun, apakah keputusan tentang hukuman bagi para penerima suap dan para pelaku kejahatan baru terucap sekarang setelah paus berkhotbah ? Lagi-lagi, saya tersenyum membaca artikel ini.
1400 tahun yan lalu, Alquran yang suci dan melalui lisan nabi-Nya, kita diperintahkan agar tidak menerima suap dan uang pelicin.
“Laknat Allah terhadap penyuap dan penerima suap” (HR. Abu Dawud)

“Hadiah yang diberikan  kepada para penguasa adalah suht,dan suap yang diterima hakim adalah kufur”. (HR. Ahmad)

Dalam pembahasan global, kasus suap yang di terima oleh pejabat italia lalu di ancam oleh paus akan di ikat dengan batu dan di lempar dalam laut adalah suatu yang wajar dan sangat menguntungkan sebab al-Muwatta’karya Imam Malik, ia menuliskan:
Saat  Abdullah bin menjalankan tugas dari Nabi untuk membagi dua hasil bumi Khaybar datang orang Yahudi kepadanya memberikan suap berupa perhiasan agar ia mau memberikan lebih dari separuh untuk orang Yahudi.  Tawaran ini ditolak keras oleh Abdullah bin Rawahah, “Suap yang kalian tawarkan adalah haram, dan kaum muslimin tidak memakannya”. Mendengar  ini, orang Yahudi berkata,“Karena itulah (ketegasan Abdullah) langit dan bumi tegak”. (Imam Malik dalam al-Muwatta’)

Secara logika kita berpikir, bagaimana mungkin sebuah sistem pemerintahan di jalankan oleh para penguasa dan pejabat dzalim, yang notabenenya mereka adalah wakil rakyat namun di saat yang sama mereka telah menyakiti rakyat akan menghasilkan pemerintahan yang sejahtera dan tertata secara damai – layaknya seperti yang saya dan anda mau ?
Terlalu naif bagi kita, mengatakan dengan ringan bahwa hal itu bukan karena kemauan mereka namun karena Negara memiliki beban. Ah, it’s disgusting ! Rakyat telah banyak tahu dan sadar, bahwa hal yang membuat mereka tertindas bukan karena beban Negara, tapi system Negara. Dan bukan hanya sekali rakyat terus tertipu dengan banyak deklarasi anti korupsi, anti kolusi, anti nepotisme dan lain-lain, dengan keimanan rakyat semakin sadar.

Rasulullah bersabda:
Akan ada pada akhir zaman para pemimpin yang zalim, para menteri yang fasik, para hakim yang khianat, dan para fuqaha yang pendusta. Maka barangsiapa di antara kamu yang mendapati zaman itu, janganlah sekali-kali dia menjadi pemungut harta mereka, atau menjadi pejabat mereka, atau menjadi polisi mereka. (HR Thabrani, dalam Al-Mu’jam Al-Kabir,  hadis no 156, 19/67
Hanya Islam yang mampu menghapuskan korupsi, karena korupsi adalah produk sistem bukan hanya individual. Islam akan membentuk individu yang bertakwa sekaligus sistem yang baik!

Yang merindukan Sistem Islam: Iman Rusmawansyah
Follow me on twitter @Iman_rk


           

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

0 comments:

Post a Comment

 

© 2013 Be a Ghazi. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top