Tuesday, March 25, 2014

Izumi #3

3/25/2014 04:57:00 PM



               Setahun telah berlalu. Sekolah kenangan SMA 3 Geishu kini telah memudar baik warna maupun ingatan tentangnya. Banyak disudut ruangan cat-cat telah mengelupas dan membuat tekstur tembok menjadi kasar dan bahkan bila menatap bekas terkelupasnya cat itu dengan sedikit menggunakan imajinasi, maka yang terlihat adalah seperti pulau-pulau, kepala hewan, bahkan suatu saat kadang-kadang terbentuk seperti kepala kelinci atau kuda. Semua siswa telah menyelesaikan masa liburan mereka yang menyenangkan setelah menjalani masa-masa tegang Ujian Akhir Semester. Setidaknya bisa membuat mereka lega dan nyaman melewati Fuyu – musim dingin – dirumah masing-masing dengan menyeduh teh dengan keluarga dan menyeruput semangkuk ramen. Saat 1 bulan liburan, Hiruta berjalan-jalan ke daerah Akihabara, pusat elekktronik di Tokyo. Saat ini, Hiruta sedikit memanjangkan rambut higga tengkuk dan sedikit mengikuti tren Harazuku, sedikit mengacak rambutnya. Akihabara adalah surganya para pecinta Anime, atau lebih sering menyandang gelar Anime Kissen. Kafe Komik. Tetapi, tujuan Hiruta bukan untuk membeli segudang komik untuk dijadikan kawan ketika kesepian, tapi untuk membeli i-Pod. Katanya, untuk mendengarkan sekaligus memperlancar bacaannya. Bacaan apa ? Memangnya ada hubungan antara i-Pod dengan memperlancar bacaan? Ya, ada. Hiruta adalah seorang muslim. Maka, dia butuh rekaman ketika para Qari internasioanl melantunkan ayat suci Alquran. Hiruta, selain cemerlang dalam bidanng akademik, ia juga seorang peniru yang baik. Hampir tiap lantunan dan dengungan Qari tatkala membaca Alquran, ia bsa menirunya. Baik dalam nada maupun iramanya.
                Sekarang, 2 hari menjelang masuk sekolah, semua siswa se-Jepang sudah mulai juga harus bersiap untuk melaksanakan Festival Paduan Suara antar sekolah yang akan di adakan ketika satu minggu memasuki ruang kelas. Yah, bisa dikatakan bahwa satu minggu itu digunakan untuk menyapa riang sahabat, teman-teman, dan paling penting memilih tempat dan teman sebangku. Bagi Hiruta, itu bukanlah masalah. Yang menjadi masalah adalah, pertama, ketika dia harus sebangku dengan wanita. Kedua dia tidak punya tempat duduk sama sekali. Namun, untuk yang kedua mustahil terjadi di Jepang, apalagi ini SMA Swasta di Kyoto. Yang paling mengkhawatirkan jelas yang pertama, sebab Hiruta harus berdua dan duduk bersama wanita yang bukan mahramnya selama 7 bulan kedepan. Semua siswa masih utuh bertahan dikelas 3-E. Tidak ada yang pindah sekolah. Yang berbeda hanya kelas mereka yang sekarang berada di satu lantai yang lebih tinggi, lantai 5 tepatnya.

                “Hiruta, minum air putih sebangun dari tidur itu menyegarkan lho.” Tegur Inari, kakak perempuannya.
                Hiruta tersentak kaget. Ia duduk memandang lantai dan melamun disana. Sebab, barusaja ia bangun untuk melaksanankan shalat shubuh.
                “Ah, ya, Kak.” Hiruta menjawab singkat.
                “Sudah wudhu belum? Ayo segera, biar Ayah juga tidak lama menunggumu.” Inari menuruni tangga melewati bahu Hiruta dan berbelok ke kanan menuju ruang wudhu sekaligus bersampingan dengan mushala kecil.

                Hiruta mengikuti Inari dari belakang dan memasuki ruang tempat air wudhu diambil, sedikit mebungkuk, mengangkat dan melipat kain celana hingga betis agar tidak ikut basah karena cipratan air kemudian memutar keran air secukupnya. Seperti biasa, Hiruta yang jail menyipratkan air dengan cara memukul air itu ke arah Inari.

                “Hei! Jangan main-main, airnya dingin, tahu!” Inari berteriak kesal. Namun Hiruta terus-terusan saja menyiramnya dan memercikkan air ke tubuh Inari. Tertawa riang.
                “Kyaaa!! Hentikan, Hiruta!” Inari menahan percikan air dengan kedua tangannya untuk melindungi badan, namun disaat yang sama airnya juga mengenai wajahnya.
                “Haha, Inari-san ‘kan belum mandi pagi.. sekalian saja!” Imbuh Hiruta.
                “Astagfirullah… Hei, kalian berdua sudah seperti anak kecil saja…”

Tiba-tiba dari belakang mereka muncul suara yang sangat mereka kenal. Suara yang telah menidurkan mereka, yang menyanyikan lagu untuk mereka, yang mengajari mereka menyisir rambut dan mengikat tali sepatu, suara yang sudah 19 tahun menemani Inari dan 16 tahun menemani Hiruta. Suara itu, suara lembut Ibu Hiruta dan Inari-san.

“Hiruta sangat senang mengerjaiku, bu!” Inari menatap Hiruta dengan kekesalan yang dalam, lalu kembali memperhatikan sebagian bajunya yang basah. “Sekali-sekali anak ini tidak akan aku siapkan sarapan!” lanjutnya.
“Hahaha,..” Hiruta tertawa lepas.
“Aduh, sudah… sebentar lagi pagi, ayo ambil wudhunya cepat.. dan tertib! Huhh…” Ibu hanya bisa menggeleng kepala melihat 2 penyejuk matanya sudah bertingkah polah seperti ini. Padahal seperti kemarin rasanya, ia menimang mereka dan memandikan mereka dalam kamar mandi yang sama bersamaan. “Terlalu cepat waktu ini berlalu…” batinnya.
*****
Pukul 09.39 pagi. Ada SMS masuk.
Dari.. Izumi.
“Ohaiyo gozaimasu – selamat pagi – , Hiruta-san! Bagaimana kabarmu selama sebulan liburan? Baik-baik saja ‘kan? Hiihi.. aku dengar, kamu berkeliling Akihabara ya? Wah, pasti menyenangkan ya.. Aku berencana kesana untuk membeli Komik dan bertemu dengan para Costplay, tapi aku batalkan karena Kak Izuna sudah kembali dari Singapura. Beliau ingin mengajakku ke Tokyo. Ah iya, Kak izuna ingin sekali bertemu dengan Hiruta-san. Setelah aku bercerita banyak tentang Hiruta dan tentang… Kalau tidak salah, Muslim ya? Hehe… Kak Izuna tahu banyak tentang Islam. Nanti ketemu ya. Semoga Hiruta-san gak sibuk setelah masuk sekolah nanti. Byee.. ”

Hening.

Lalu Hiruta membaca SMS itu untuk kedua kalinya, “Hehe… Kak Izuna tahu banyak tentang Islam. Nanti ketemu ya.” Hiruta menjatuhkan handphonenya ke arah sofa dan bersandar untuk menenangkan diri sebentar. Ternyata, Izumi punya kakak laki-laki dan tahu banyak tentang Islam, dan mengajak Hiruta bertemu, ada apa gerangan?! “Sudahlah, toh kalau dia bertanya banyak, akan aku pertemukan dengan kak Inari saja. Kak Inari lebih tahu banyak daripada aku.” Kata Hiruta dalam hati.

Lalu Hiruta bangkit dari sofa dan hendak menuju kamar, dan mengambil handphone. Setelah dibuka, ada SMS lagi. Dari wanita yang sama,

“Ah, maaf Hiruta-san. Kak Izuna katanya sibuk. Kalau begitu aku punya kesempatan untuk belajar banyak dan langsung darimu, penganutnya. Hehehe, aku masih penasaran dengan penjelasanmu setahun lalu tentang Allah, Islam dan Alquran. Kak Izuna tahu, tapi beliau tidak, maksudku kak Izuna ‘kan bukan muslim… Hhehe. Sempatkan waktu ya,”

Hiruta tersenyum kecil, tipis dan hampir tidak kelihatan. Seperti getaran daun ditengah hutan yang bergetar karena kepakan sayap burung yang terbang. Ia bergumam dan tersenyum, “Atheis yang lugu…”

Semoga manfaat.
Find me, @Iman_rk

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

0 comments:

Post a Comment

 

© 2013 Be a Ghazi. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top