Monday, July 28, 2014

Berubah atau Mati?

                   Tulisan ini bukanlah tulisan motivasi. Bukan juga tulisan yang menakut-nakuti. Tetapi, tulisan ini sengaja disajikan bagi mereka yang ingin segera merubah haluan sebelum terlambat. Merubah haluan yang saya maksud adalah merubah jalan hidup yang saat ini terus menggiring kita ke arah yang samasekali tidak mengantarkan kita pada tujuan yang ingin kita capai.

                Saat ini, dunia bergerak secara cepat, gesit dan tak terduga. Membuat segala sesuatunya harus menerima konsekuensi pahit dari pergerakan ini; atau menelan buah manis bagi mereka yang mengikuti atau yang membuat perubahan itu. Dalam buku Rhenald Kasali, dijelaskan bahwa banyak pilihan yang diberikan oleh perubahan itu: berubah, mendiamkan, melawan, atau diubah.

                Empat pilihan yang diberikan oleh perubahan ini adalah sesuatu yang niscaya, tak bisa kita hindari, yang bisa kita lakukan adalah silakan memilih salah satunya. Anda mungkin adalah satu dari millyaran orang yang telah berhasil memilih yang tepat dari segala perubahan yang terjadi hingga akhirnya membuat hidup anda seperti sekarang ini atau, seperti yang saya katakan sebelumnya anda adalah korban dari perubahan yang mengerikan ini karena anda samasekali tak peka. Tak tahu harus berbuat apa dan bagaimana cara menyikapi semua ini.

                Dijelaskan lebih lanjut; bahwa tatkala perubahan itu menghampiri, ada beberapa tipe manusia yang merespon. Yang pertama, orang yang tak melihat perubahan. Ia samasekali tak mengerti tentang apasaja yang terjadi didaerah sekitarnya, diam dan hanya menunggu hasil. Kedua, orang yang melihat perubahan ini namun tak kunjung juga bergerak. Ia begitu menyadari bahwa epidemi perubahan kian merebak namun ia seolah tak memiliki energy untuk melawan, atau berubah yang pada saat yang sama mampu membuat hidupnya barangkali lebih baik atau lebih buruk dari sebelumnya. Yang terakhir, orang yang menyadari perubahan dan telah berhasil bergerak, move-on, tapi ia tak menyelesaikannya. Gerakannya dianggap sudah dirasa cukup, padahal ia hanya merespon sedikit saja dan tak berniat untuk selalu bererak dan berubah. Padahal dunia ini, penuh dengan perubahan-perubahan mendadak yang tiada ia sadari. Seandainya ia lebih luwes dan sedikit menambah energy untuk menyelesaikannya, barangkali ialah promotor perubahan itu.

                Pertanyaan saya adalah, sudah sampai mana anda bergerak? Adakah perubahan yang telah menghampiri anda – suka atau tidak – berhasil anda respon? Atau justru andalah yang telah merubah lingkungan anda dan berhasil membuatnya sedikit lebih baik?

                Saya berharap dan berdoa pada Allah, andalah orang yang kami tunggu-tunggu untuk menciptakan dan mencetak Generasi Terbaik dan Dijanjikan itu :)

                Semoga.


Twitter: @Iman_rk

Saturday, July 26, 2014

Come back to School!


               Saya akui saat ini usia saya sudah terlampau jauh untuk kembali ke sekolah dan menerima pelajaran formal seperti saat dulu masih dalam kelas. Bukan juga karena factor usia, tapi badan yang sudah bertambah tinggi serta jenggot yang kian lama kian menebal dan menghitam, hehehe.

                Namun bercerita dan membahas masalah sekolah serta serba-serbinya selalu membuat saya bergairah, semangat saya kembali berkobar. Ingin rasanya menjadi salah satu bagian daripada siswa putih-abu, kembali bercanda, tertawa hampir setiap hari, galau meradang dan yang tak pernah terlupakan adalah saat saya terlambat dari jadwal yang telah ditentukan lalu saya masuk melalui tembok belakang dengan cara memanjatnya XD haha.

                Juga pernah dulu, saat pemahaman tentang Islam saya masih minus – sekarang juga sih masih – gak pernah absen kalo masalah pacaran. Gak tahu ya, padahal pacaran itu ‘kan haram dalam Islam karena aktivitasnya yang khalwat dan mendekati zina, tapi waktu itu eksis aja. Ngikuuuuttt aja :D

                Tapi, ketika sudah seperti ini, pemahaman dakwah saya sedikit meningkat, saya meminta permohonan aneh pada Allah yang saya tahu Allah gak mungkin kabulkan; yaitu saya meminta untuk kembali muda lagi. Kembali ke zaman SMA lagi, TAPI dengan pemahaman Islam yang sekarang :D

               Ah, yakin dah, itu sekolah saya obrak-abrik pake Islam. Saya kacaukan sistemnya, saya akan sering menghadap kepsek dan guru-guru untuk meminta dan mewajibkan tiap Muslimah menggunakan Khimar (kerudung hingga dibawah siku). Juga, mata pelajaran Agama ditambah jadi 3x seminggu. Mentoring Islamnya setiap hari… Dan saya minta sama Pembina Rohis atau Pembina Kegiatan keagamaan di sekolah bahwa yang akan mengisi kajian atau mentoringnya adalah saya :D
                Tapi, akhirnya saya sadar bahwa hal itu tidak mungkin terjadi. Hehehe. Tapi saya tidak patah semangat, saat ini di usia saya yang ke 19, saya sudah mengantisipasinya. Yaitu dengan cara saya menularkan spirit dan ilmu yang saya  miliki saat ini untuk saya bagi pada adik-adik, atau rekan seperjuangan di sekolah. Tentunya dengan visi yang sama, yaitu penerapan Syariat Islam untuk tiap sekolah :)

                Segala potensi dan kemampuan harus dikerahkan untuk perjuangan yang tidak mudah ini, karena untuk mencapai itu, saya tidak hanya menjadi “pemimpin” yang terbaik tapi juga saya butuh “pasukan” yang terbaik, yaitu; mereka yang loyal dan taat pada Allah dan Rasul-Nya. Tapi, bukan malaikat. Yang dalam arti terbebas dari maksiat.

                Dan harapannya adalah, kita memiliki penerus perjuangan ini. dan itu adalah komunitas dan kelompok militant remaja Muslim yang siap mendakwahkan Islam. :) 


Find me on twitter @Iman_rk for more.


Wednesday, July 9, 2014

#DBS20 – DaretoBeSyar’i





“Maaf yah man, bukannya saya gak mau berhijab, tapi masih takut banget sama kondisi yang sekarang (sambil nunduk) dan juga nantinya tanggung jawabku pasti lebih banyak.” 

                Ini salah satu pengakuan salah seorang Muslimah kepada saya beberapa hari yang lalu tatkala saya menawarkan padanya sekaligus menasihati beliau, bahwa hijab syar’i tidak menutupi kecantikannya, tapi justru menjaga kecantikanya.

                Memang ada pemahaman yang belum sampai bila kita melihat pernyataan ini, “…nantinya tanggung jawabku pasti lebih banyak.” Pertanyaan kita, tanggung jawab terhadap siapa? Hehehe. Harusnya kan, karena Hijab Syar’i itu adalah perintah Allah, maka melaksanakannya BUKAN HANYA penggugur tanggung jawab, namun justru bernilai ibadah dan diberi pahala oleh Allah. Maka, saat Muslimah memutuskan berhijab syar’i, tanggung jawab ia justru malah berkurang di hadapan Allah, bukan malah lebih banyak. Maka statement tadi membuat saya melepaskan senyum terkulum sambil mengangguk pelan. Dan juga plus kebingungan.

                Saat ini, memang betul Muslimah dihadapkan pada kondisi-kondisi tertentu, yang membuat ia justru ragu bahkan takut untuk melaksanakan kewajiban yang satu ini. Entah, apakah Muslimah merasa bahwa Hijab gak wajib, atau karena lingkungan, atau karena orangtua, atau justru karena… pacar. #gubrak.

                Namun, terlepas dari semua kondisi sulit ini, memang sudah sejak lama Rasulullah mengingatkan kita bahwa ketaatan seseorang terhadap Islam, ibarat ia sedang menggenggam bara api sekaligus ia akan dijauhi. Rasulullah saw bersabda:

“Sesungguhnya di belakangmu nanti akan ada hari-hari penuh kesabaran. Sabar pada hari itu seperti halnya memegang bara api. Orang yang beramal pada waktu itu akan diberi pahalaseperti pahala lima puluh orang lain yang beramal seperti amalnya”. Para shahabat bertanya : “Wahai Rasulullah, pahala lima puluh orang dari kalangan mereka ?”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Bahkan limapuluh orang di antara kalian”(HR. Abu Dawud)

Juga dalam hadist yang lain Rasulullah sampaikan, “Islam mulai muncul dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana awal munculnya, maka beruntunglah orang-orang asing itu”.  (HR. Muslim)

                Dan kabar gembira dari semua ini adalah (bukan kulit manggis ada ekstraknya lho ya!) Muslimah tadi gak sendiri alias ada banyak Muslimah lain yang mengalami hal serupa. Bahkan barangkali jauh lebih menantang dan mungkin mengancam jiwanya. Tetapi, tatkala sudah memutuskan untuk berhijab syar’i, rasa takut yang dulunya menghantui kini justru berubah menjadi rasa yang lain; yaitu semangat untuk mengajak yang lain.

                Sebab, pertama; ia tidak sendiri dalam hal proses menuju taat. Muslimah-muslimah lainnya, siap mem-back-up dia untuk berhijrah. Kedua, sebagian besar Muslimah yang melapor atau bahkan yang dalam beberapa kesempatan saya tanyakan, “bagaimana rasanya setelah berhijab syar’i?” jawabannya, “Alhamdulillah, saya tak pernah menyangka rasanya bahagia dan setenang ini dalam hidup…” saat mendengar jawabannya, saya mengerutkan dahi. Apa iya begitu rasanya? Eits, jangan harap saya makek hijab setelah mendengar jawaban itu ya! -_- 

                Mereka ingin, saudari-saudarinya yang lain berhijab juga sama seperti dirinya. :)

            Namun, dalam proses berhijab, kemauan saja tidak cukup. Justru ditambahkan keberanian serta tekad yang kuat, sebab, syar’i dalm berhijab adalah perintah Allah yang harusnya gak boleh ada kata tapi apalagi nanti.

Dan terakhir, setiap manusia punya jalan masing-masing menuju Allah.
Ambil keputusan sekarang,

Dare to Be Syar’i, Hijab tidak menutupi kecantikanmu, ia menjaganya. :’)

@Iman_rk

 

© 2013 Be a Ghazi. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top