“Maaf yah man, bukannya saya gak mau berhijab, tapi masih takut banget sama kondisi yang sekarang (sambil nunduk) dan juga nantinya tanggung jawabku pasti lebih banyak.”
Ini
salah satu pengakuan salah seorang Muslimah kepada saya beberapa hari yang lalu
tatkala saya menawarkan padanya sekaligus menasihati beliau, bahwa hijab syar’i
tidak menutupi kecantikannya, tapi justru menjaga kecantikanya.
Memang
ada pemahaman yang belum sampai bila kita melihat pernyataan ini, “…nantinya
tanggung jawabku pasti lebih banyak.” Pertanyaan kita, tanggung jawab terhadap
siapa? Hehehe. Harusnya kan, karena Hijab Syar’i itu adalah perintah Allah,
maka melaksanakannya BUKAN HANYA penggugur tanggung jawab, namun justru
bernilai ibadah dan diberi pahala oleh Allah. Maka, saat Muslimah memutuskan
berhijab syar’i, tanggung jawab ia justru malah berkurang di hadapan Allah,
bukan malah lebih banyak. Maka statement tadi membuat saya melepaskan senyum
terkulum sambil mengangguk pelan. Dan juga plus kebingungan.
Saat
ini, memang betul Muslimah dihadapkan pada kondisi-kondisi tertentu, yang
membuat ia justru ragu bahkan takut untuk melaksanakan kewajiban yang satu ini.
Entah, apakah Muslimah merasa bahwa Hijab gak wajib, atau karena lingkungan,
atau karena orangtua, atau justru karena… pacar. #gubrak.
Namun,
terlepas dari semua kondisi sulit ini, memang sudah sejak lama Rasulullah
mengingatkan kita bahwa ketaatan seseorang terhadap Islam, ibarat ia sedang
menggenggam bara api sekaligus ia akan dijauhi. Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya di belakangmu nanti
akan ada hari-hari penuh kesabaran. Sabar pada hari itu seperti halnya memegang
bara api. Orang yang beramal pada waktu itu akan diberi pahalaseperti pahala
lima puluh orang lain yang beramal seperti amalnya”. Para shahabat bertanya :
“Wahai Rasulullah, pahala lima puluh orang dari kalangan mereka ?”. Beliau
shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Bahkan limapuluh orang di antara
kalian”(HR. Abu Dawud)
Juga dalam hadist yang lain
Rasulullah sampaikan, “Islam mulai muncul dalam keadaan asing dan akan kembali asing
sebagaimana awal munculnya, maka beruntunglah orang-orang asing itu”. (HR. Muslim)
Dan
kabar gembira dari semua ini adalah (bukan kulit manggis ada ekstraknya lho
ya!) Muslimah tadi gak sendiri alias ada banyak Muslimah lain yang mengalami
hal serupa. Bahkan barangkali jauh lebih menantang dan mungkin mengancam
jiwanya. Tetapi, tatkala sudah memutuskan untuk berhijab syar’i, rasa takut
yang dulunya menghantui kini justru berubah menjadi rasa yang lain; yaitu semangat
untuk mengajak yang lain.
Sebab,
pertama; ia tidak sendiri dalam hal proses menuju taat. Muslimah-muslimah
lainnya, siap mem-back-up dia untuk berhijrah. Kedua, sebagian besar Muslimah
yang melapor atau bahkan yang dalam beberapa kesempatan saya tanyakan,
“bagaimana rasanya setelah berhijab syar’i?” jawabannya, “Alhamdulillah, saya
tak pernah menyangka rasanya bahagia dan setenang ini dalam hidup…” saat
mendengar jawabannya, saya mengerutkan dahi. Apa iya begitu rasanya? Eits,
jangan harap saya makek hijab setelah mendengar jawaban itu ya! -_-
Mereka
ingin, saudari-saudarinya yang lain berhijab juga sama seperti dirinya. :)
Namun, dalam proses berhijab,
kemauan saja tidak cukup. Justru ditambahkan keberanian serta tekad yang kuat,
sebab, syar’i dalm berhijab adalah perintah Allah yang harusnya gak boleh ada
kata tapi apalagi nanti.
Dan terakhir, setiap manusia
punya jalan masing-masing menuju Allah.
Ambil keputusan sekarang,
Dare to Be Syar’i, Hijab tidak
menutupi kecantikanmu, ia menjaganya. :’)
@Iman_rk
0 comments:
Post a Comment