“Jika tak bisa jadi yang nomor 1, maka jadilah yang terbaik,
jika tak bisa jadi yang terbaik maka jadilah yang berbeda” | Anonim.
Ketika
mendapat kata-kata ini dari member FIU (For Islamic Unity) saban hari, saya
merinding. Beneran. Betapa tidak, sentuhan kata-katanya bagai sengatan listrik
bagi saya pribadi. Sebuah kalimat persuasif yang melecut dan melejitkan
motivasi.
Dan bagi saya itu benar adanya, menjadi yang nomor 1 hanyalah satu di antara 3 kunci kesuksesan yang lain, yaitu menjadi yang terbaik dan berbeda. Tak perlu egois diri, akui saja bahwa menjadi nomor satu mungkin bisa saja menjadikan kita arogan dan sombong kemudian enggan menerima nasihat orang lain atau teman-teman kita, karena kita menganggap mereka adalah nomor 2, nomor 3 dan seterusnya.
Namun, kita tidak akan membahas negativnya. Take the right, okey. Menjadi nomor satu disini tentu tak mesti dengan harta dan sejenisnya. Kamu bisa menjadi nomor satu hanya dengan amalan-amalanmu, kemampuan empati dan simpati, dan lainnya.
Menjadi nomor1 dalam hal kecerdasan, nomor1 yang selalu mendapat informasi positiv, nomor1 dalam hal menebar kebaikan, nomor 1…nomor1.. Yes !!
Kalau bisa jadi yang nomor 1 dalam kebaikan, mengapa harus menjadi nomor 2 dan 3 ?
Dan bagi saya itu benar adanya, menjadi yang nomor 1 hanyalah satu di antara 3 kunci kesuksesan yang lain, yaitu menjadi yang terbaik dan berbeda. Tak perlu egois diri, akui saja bahwa menjadi nomor satu mungkin bisa saja menjadikan kita arogan dan sombong kemudian enggan menerima nasihat orang lain atau teman-teman kita, karena kita menganggap mereka adalah nomor 2, nomor 3 dan seterusnya.
Namun, kita tidak akan membahas negativnya. Take the right, okey. Menjadi nomor satu disini tentu tak mesti dengan harta dan sejenisnya. Kamu bisa menjadi nomor satu hanya dengan amalan-amalanmu, kemampuan empati dan simpati, dan lainnya.
Menjadi nomor1 dalam hal kecerdasan, nomor1 yang selalu mendapat informasi positiv, nomor1 dalam hal menebar kebaikan, nomor 1…nomor1.. Yes !!
Kalau bisa jadi yang nomor 1 dalam kebaikan, mengapa harus menjadi nomor 2 dan 3 ?
Berbeda
jika kita memiliki mental sebagai orang yang mampu melakukan yang terbaik. Be
the Best ! Tak banyak orang yang mampu dan mau, namun saya yakin mungkin
kamulah orangnya. Terbaik dalam amalan, terbaik dalam taubat, terbaik dalam
melakukan hal apapun karena ia sadar betul bahwa yang terbaik pasti takkan
mengecewakan orang-orang disekitarnya. Ia sadar bahwa dirinya memiliki potensi
yang membuat ia terus menempa diri hingga akhir. Bagi mereka yang memiliki
mental ini, menyerah adalah urusan belakangan ! Ia hanya akan beristirahat
ketika sedang berpikir atau muhasabah (introspeksi diri) dan merenacanakan
strategi lanjutan untuk visinya !
Baginya, tak ada yang tidak mungkin. Be the best, yeah !
Baginya, tak ada yang tidak mungkin. Be the best, yeah !
Yang
ketiga, jadilah yang berbeda. Tidak seperti yang pertama dan yang kedua, yang
satu ini memiliki ke-khasan tersendiri dalam meraih kesuksesannya. Ia tak ingin
sama dengan yang lain (Ya iyalah, namanya juga yang berbeda) melakukan sesuatu
dengan cara-cara ekstrim yang tak pernah terlintas dalam pikiran orang biasa!
Mottonya: “ I Love What I do, I do What I Love !” Muantep, sebenarnya sih ini motto saya. Hehehe !
Lha, kalau memang mau jadi yang terbaik dan nomor satu, gak perlu niru orang lain tho ? Kalau bisa berbeda, kenapa harus sama ? Wong Allah aja ciptain Manusia berbeda-beda, maka itulah kesempatan kita tuk memanfaatkan potensi diri !
(Untuk detailnya, cek tulisan Pembeda Abadi)
Mottonya: “ I Love What I do, I do What I Love !” Muantep, sebenarnya sih ini motto saya. Hehehe !
Lha, kalau memang mau jadi yang terbaik dan nomor satu, gak perlu niru orang lain tho ? Kalau bisa berbeda, kenapa harus sama ? Wong Allah aja ciptain Manusia berbeda-beda, maka itulah kesempatan kita tuk memanfaatkan potensi diri !
(Untuk detailnya, cek tulisan Pembeda Abadi)
Yang
mana yang menjadi karaktermu ? Choose one, now !
Moga manfaat.
For more, find me: @Iman_rk
For more, find me: @Iman_rk
0 comments:
Post a Comment