Beberapa hari terakhir saya sedang sedikit berpikir dan merenung
tentang beberapa hal yang tengah muncul di tengah-tengah kaum muslimin.
Bukan untuk men-judge dan menuding, apalagi mengkritik, tulisan ini saya
dedikasikan untuk bahan perenungan semata. Bila kiranya ada pelajaran
yang bisa diambil silahkan, bila tidak ada mohon di abaikan.
Jengkel sekaligus geli rasanya, muncul beberapa tokoh yang
mendedikasikan diri untuk berdakwah namun argument serta alasan
bertindaknya hanya sebatas akal dan pendapat umum, bukan dalil. Alquran
dan sunnah. Juga baru-baru ini, muncul di YouTube, seorang pendakwah
yang merasionalisasikan lagu Noah “separuh aku” kemudian disandingkan
dan dicari pembenarannya melalui Alquran. Capee deh !
Entah apapun alasan orang itu beretorika, berbicara, dan berbuat, meski
logika dan akalnya telah mencapai dalam tataran rasio, namun bila itu
minus dalil tetap saja salah !
Juga aneh,
ada yang berkata bahwa Homo Seksual, Trans-Gender, dan penyakit kaum
Luth as lainnya dibenarkan oleh orang-orang yang cuman bisa makek akal
bukan dalil. Katanya, “Ah, gak apa-apa itu ‘kan hak dia. Lagipula,
cobalah memahami segala sesuatu dengan akal sehat.” Ng ? Akal sehat ?
Saya rasa, yang ngomong barusan akalnya sedang sakit. Lha iya, masa
cowok sama cowok berhubungan badan ? Gak normal kaliii, Allah udah
captain kita berpasang-pasangan supaya tumbuh rasa kasih sayang dan
rahmat Allah senantiasa hadir, eh malah sukanya “jeruk makan jeruk”.
Dan juga, yang sering berkata “kata ustadz saya”, “kata dewan syuro
saya” dan kata-kata lainnya yang minus dalil, merupakan tindakan dan
bagian daripada sikap malas. Dan saya rasa tulisan ini juga akan segera
mendapat komentar pedas dari mereka yang mengaku cemerlang akalnya
dengan kata-kata “udah, sesama muslim ga usah saling menghujat. Ini
strategi Yahudi dan bla…bla..bla…”
Terakhir, yang paling membuat saya greget adalah tentang pejuang dakwah
atau bahkan yang tidak, tetapi mereka ini membolehkan Demokrasi untuk
terus diterapkan dalam sistem kehidupan. Mereka membenarkan semua yang
dilakukan oleh demokrasi, sekali lagi, dengan AKAL !
“wajarlah
mas, kita ini masih dalam proses pembelajaran demokrasi, nggak ada yang
sempurna, kita masih proses belajar alias dalam masa transisi.” (belajar
sih belajar, tapi ini mah belajar terus! demokrasi gagal, ancur
dipertahanin, padahal kalo Islam salah dikit aja pasti protesnya dari
pagi ampe malem)
Padahal imam Ali sudah mengingatkan kepada kita bahwa pembentuk persepsi adalah dalil bukan akal:
لَوْ كَانَ الدِّيْنُ بِالرَّأْيِ لَكَانَ أَسْفَلُ الْخُفِّ أَوْلَى بِالْمَسْحِ مِنْ أَعْلاَهُ
“Seandainya agama itu dengan akal niscaya yang lebih pantas diusap adalah bagian bawah khuf daripada bagian atasnya” (HR. Abu Dawud)
Semoga persepsi pembaca dalam menilai tulisan saya ini dengan dalil, bukan dengan akal (lagi), dan mudah-
mudahan menjadi bagian daripada solusi hehehe. Damai selalu all :)
@Iman_rk on twitter for more
Saturday, January 11, 2014
Agama = dalil bukan akal !
1/11/2014 04:12:00 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment