Saturday, January 11, 2014

Agama = dalil bukan akal !

1/11/2014 04:12:00 PM

      Beberapa hari terakhir saya sedang sedikit berpikir dan merenung tentang beberapa hal yang tengah muncul di tengah-tengah kaum muslimin. Bukan untuk men-judge dan menuding, apalagi mengkritik, tulisan ini saya dedikasikan untuk bahan perenungan semata. Bila kiranya ada pelajaran yang bisa diambil silahkan, bila tidak ada mohon di abaikan.

     Jengkel sekaligus geli rasanya, muncul beberapa tokoh yang mendedikasikan diri untuk berdakwah namun argument serta alasan bertindaknya hanya sebatas akal dan pendapat umum, bukan dalil. Alquran dan sunnah. Juga baru-baru ini, muncul di YouTube, seorang pendakwah yang merasionalisasikan lagu Noah “separuh aku”  kemudian disandingkan dan dicari pembenarannya melalui Alquran. Capee deh !

                Entah apapun alasan orang itu beretorika, berbicara, dan berbuat, meski logika dan akalnya telah mencapai dalam tataran rasio, namun bila itu minus dalil tetap saja salah !

                Juga aneh, ada yang berkata bahwa Homo Seksual, Trans-Gender, dan penyakit kaum Luth as lainnya dibenarkan oleh orang-orang yang cuman bisa makek akal bukan dalil. Katanya, “Ah, gak apa-apa itu ‘kan hak dia. Lagipula, cobalah memahami segala sesuatu dengan akal sehat.” Ng ? Akal sehat ? Saya rasa, yang ngomong barusan akalnya sedang sakit. Lha iya, masa cowok sama cowok berhubungan badan ? Gak normal kaliii, Allah udah captain kita berpasang-pasangan supaya tumbuh rasa kasih sayang dan rahmat Allah senantiasa hadir, eh malah sukanya “jeruk makan jeruk”.

                Dan juga, yang sering berkata “kata ustadz saya”, “kata dewan syuro saya” dan kata-kata lainnya yang minus dalil, merupakan tindakan dan bagian daripada sikap malas. Dan saya rasa tulisan ini juga akan segera mendapat komentar pedas dari mereka yang mengaku cemerlang akalnya dengan kata-kata “udah, sesama muslim ga usah saling menghujat. Ini strategi Yahudi dan bla…bla..bla…”

                Terakhir, yang paling membuat saya  greget adalah tentang pejuang dakwah atau bahkan yang tidak, tetapi mereka ini membolehkan Demokrasi untuk terus diterapkan dalam sistem kehidupan. Mereka membenarkan semua yang dilakukan oleh demokrasi, sekali lagi, dengan AKAL !
“wajarlah mas, kita ini masih dalam proses pembelajaran demokrasi, nggak ada yang sempurna, kita masih proses belajar alias dalam masa transisi.” (belajar sih belajar, tapi ini mah belajar terus! demokrasi gagal, ancur dipertahanin, padahal kalo Islam salah dikit aja pasti protesnya dari pagi ampe malem)

            Padahal imam Ali sudah mengingatkan kepada kita bahwa pembentuk persepsi adalah dalil bukan akal:
لَوْ كَانَ الدِّيْنُ بِالرَّأْيِ لَكَانَ أَسْفَلُ الْخُفِّ أَوْلَى بِالْمَسْحِ مِنْ أَعْلاَهُ
“Seandainya agama itu dengan akal niscaya yang lebih pantas diusap adalah bagian bawah khuf daripada bagian atasnya” (HR. Abu Dawud)

Semoga persepsi pembaca dalam menilai tulisan saya ini dengan dalil, bukan dengan akal (lagi), dan mudah-
mudahan menjadi bagian daripada solusi hehehe. Damai selalu all :)

@Iman_rk on twitter for more

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

0 comments:

Post a Comment

 

© 2013 Be a Ghazi. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top