Tuesday, January 7, 2014

Kisah dulu #3

1/07/2014 05:01:00 PM

“YAKIN…YAKIN…YAKIN…!!” responku berapi-api.

                Ibuku menunduk sejenak. Kelihatannya sedang berpikir, namun aku kembali mengambil satu gigitan terakhir telur dadar kemudian meneguk susu dengan semangat seperti unta di padang pasir. Ku letakkan dengan keras hingga mengagetkan beliau.

Brakk!! Bunyi meja tatkala ku banting gelas susunya.

“Hei, pelan-pelan, pecahan gelasnya tanganmu bisa dijahit tau! Dasar !” ibu memarahiku, yah barangkali beliau kaget, bukan marah. Hahay~
“Jadi gimana nih ? Ayolah ibu cantiiikkk, aku masuk SD 1 aja ya.. yah..yah.. disana ada abang Rifky juga kok.” kataku menggodanya.
“Bukan begitu, SD 1 itu harus nyebrang jalan nak, ibu khawatir kalo kamu lari-lari pas pulang. Kamu bisa…”
“ahhh, gak, aku bisa mengontrol diri kok. Lagipula, ada Zig, akan aku bawa ke sekolah juga. Dia akan memperigatkanku kalau nanti ada motor atau mobil yang larinya kencang. Nah dia akan memberitahu saat itu kalo…”
“Ini serius man. Aduuh, kamu ini. Kalo masih ngomongin robot-robot itu lagi, ibu nanti kasi anak tetangga lho ! Lihat… lihat kamu sekarang, sebentar lagi masuk sekolah masih berpikir hal yang tidak masuk akal begitu!”

                Aku tertampar. Terdiam lama oleh kata-kata ibu yang ingin memberikan Zig dan Radeon pada anak tetangga. Aku menunduk dan menggigit bibir. Tubuhku bergetar saat itu dan pipiku mulai basah. Kenapa ibu membiarkan aku sendirian seperti ini ? Ibu tak mengerti rasanya tak punya saudara! Ibu tak mengerti !

“Udah, nanti Ibu bicarakan dulu pada ayahmu kamu akan masuk SD mana, yah. Sekarang naik ke atas, tidur sana. Udah jam 9.” Seraya meninggalkanku, ibu membersihakn meja makan dan mengambil piring serta menumpuknya jadi satu kemudian bergegas ke tempat pencuciannya.

                Tanpa mengucap sepatah katapun aku berlari menuju kamar, niat dan semua motivasiku untuk masuk sekolah hilang dalam waktu 3 detik ketika pembicaraan ibu mengenai Zig dan Radeon yang akan diberikan pada anak tetangga kalau aku masih mengiku sertakan Zig, Radeon dan semua robotku dalam pembicaraan. Aku tak mengerti. Lagipula apa yang bisa di mengerti oleh anak sepertiku bila imajinasiku ditahan ? Saat itu aku menangis dan berpikir…

“LEBIH BAIK TIDAK SEKOLAH DARIPADA HARUS KEHILANGAN SAUDARA !”

                Pagipun tiba, matahari terlihat kuning seperti biasa. Kicau burung menjadi pengiring langkah bagi tiap ayah yang hendak mengucurkan keringat dikantor, menjadi sahabat para petani saat ia memacul sawahnya, menjadi penenang bagi mereka yang pengangguran, menjadi imajinasi baru bagiku yang saat itu mencoba bangkit dari kasur yang empuk. Hoaaamm!! Ini betul-betul membosankan. Dunia seperti mengulang episode yang kemarin. Kerja lagi, sawah, merokok dan secangkir kopi, apakah hanya itu yang manusia bisa lakukan ?

                Yah, mungkin karena usia dan wawasanku yang masih sebesar biji kedelai, aku tak begitu mengerti sistim pemerintahan, politik, perang dan konspirasi. Aku hanya mengenal satu kata yang bagi anak-anak adalah “pesawat jet” mereka, dengannya mereka bisa merasa hidup dan menggunakan dunianya sendiri, satu kata: IMAJINASI. Bagaimana menurutmu imajinasi, huh ? Menurutku, imajinasi itu adalah berbicara sendiri sambil menggerakan semua robotmu dalam satu waktu, lalu ikut merasa bahwa kita harus hidup didalam imajinasi yang kamu ciptakan sendiri.

                Ah.. ada lagi. Imajinasi adalah saat kamu sedang melamun dan merasa bahwa ada orang-orang berharga disampingmu, mereka memiliki sayap-sayap seperti saat kau juga menginginkannya. Tapi apa iya ? Bagiku, sayap itu bentuk kelemahan. Manusia tak perlu sayap untuk bisa terbang ! Manusia hanya membutuhkan sedikit dorongan yang di sebut…

Dukk..dukk..dukk…!

“Man, udah pagi, bangun-bangun. Ibu mau kesekolah. Ini ibu simpen uangmu dimeja, sekalian sama sarapanmu. Ayo bangun, jangan tidur  lama-lama.”
“Ahh, iyaaa.” Aku bangkit dengan malas yang masih duduk diatas pundakku.

                Aku membuka pintu kamar. Seperti biasa, jarang sekali aku melihat ayah, sebab beliau pergi lebih awal sekitar jam 5 pagi. Pagi sekali bukan ? Jam segitu aku sedang main di Negeri permen dan kue. Dalam mimpiku, hehehe.

“Nanti kalo ada siapa-siapa yang datang jangan dibuka pintunya yah. Ibi khawatir kamu sendirian terus dirumah. Atau, mau ikut ibu tidak ? Di sekolah ibu mengajar, ada anak-anak se usiamu… yah, siapa tahu kamu bisa berteman dengan mereka.” Ibu menawarkan sambil memakai kaus kaki dan duduk di kursi plastik merah.
“Iya kah ?!” Aku terbelalak.
“Iya, jadi ? Kalo mau mandi sana. Ibu tunggu.”

                Aku berdiri cukup lama, apa harus aku perkenalkan Zig dan Radeon pada mereka, atau aku bawa Radeon saja dan ku tinggal Zig di rumah bersama yang lainnya ? Ah, bukan ide yang bagus. Ah aku tahu !
“Ga ah, ga jadi. Iman mau tunggu Yuda sama Wawan aja, katanya mereka mau kerumah, main Nintendo katanya.”
“Hmmm. Ya sudahlah, ingat ya buat kunci pintu. Kapan mereka datangnya?” Ibu bangkit dari tempat duduknya. Siap-siap mau berangkat kesekolah.
“I don’t know” aku mengangkat bahu. “Nanti jam 8 mungkin bu…” akupun melangkah ke kamar dan mulai menyalakan Nintendo untuk bermain sendiri terlebih dahulu sebelum mereka datang.
“Imann!! Mandi dulu sana, badanmu bau begitu. Nih sarapanmu juga belum disentuh, waduhh.. kamu ini, nih susumu juga habisin dulu baru main !” teriak Ibu.

                Well..well..  ini salahku. Kesalahan umum anak usia 5 tahun. Naluri seorang ibu memang luar biasa, masih sempat mengingatkan padahal tugasnya di sekolah lebih sibuk dan hebat daripada ini. Tapi beliau lebih mengkhawatirkan aku yang hanya seorang. Sayangnya, aku belum bisa membedakan, mana perhatian dan mana ketegasan. Payah ~

“Aaaa… iya,iya. Maaf-maaf, hehe” aku menyeringai lebar.
“Hummpp.. ya udah, sini cium dulu” Ibu memelukku.
“Ibu, nanti kalo pulang belikan jajan. Atau nasi bungkus, yah?” gumamku sambil menatap matanya.
“Ada lagi selain itu pangeran?”
“Hehehe, gak itu saja…”
“Oke, assalamualaykum.”
“waalaykumsalam..”

                Segera aku mengunci pintu. Kata ibu sekarang lagi ramainya kasus mutilasi. Itu lho yang memotong daging manusia kayak daging sapi. Mwaaa..!! Mengerikan, aku liat orang yang sembelih ayam saja udah nutup mata. Kasian liat ayamnya. Apalagi kalo yang disembelih itu ibunya ayam, wah..wah.. anaknya ditinggal kesepian begitu. Tapi, jarang sih liatnya.

                Hei, tadi hampir lupa. Tentang teman yang memiliki sayap, apa kalian masih ingat ? Jangan dilupakan, ini bagian terpenting. Manusia tak membutuhkan sayap. Itu jelas, meskipun ada manusia yang rakus sampai-sampai ingin menciptakan sayap buatan sama persis kayak burung. Manusia udah punya 2 alat super lengkap yang dikasi sama Tuhan: AKAL dan IMAJINASI. Kita tidak bisa melawan apa yang udah Tuhan ciptakan. Kalian harus menyepakati ini. Meskipun burung punya sayap, tapi mereka ga bisa berimajinasi dan berpikir sama kayak aku dan kamu.

Foto

                Yup, meskipun aku tidka memiliki sayap, aku punya sayap yang super-hebat yang bisa mengembangkan imajinasiku lebih jauh lagi. Ialah Zig dan Radeon :) hehe.
                Aku yakin kalian juga punya meskipun lebih normal dariku yang bersayapkan robot. Siapa mereka, orangtuamu, kekasihmu ?

Ayo ceritakan padaku.

Aku akan mendengarkan, sebelum aku menceritakan lagi kisahku… :)

*Bersambung ke part 4, makasih udah baca :) Semoga manfaat.
Find me on twitter, @Iman_rk

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

0 comments:

Post a Comment

 

© 2013 Be a Ghazi. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top