Saturday, January 4, 2014
Kisah dulu #2
1/04/2014 10:57:00 PM
Lalu ibu mereka memanggil teman-temanku.
“Wan, ayo pulang, sebentar lagi magrib. Nanti kalo pulang sendiri di culik hantu lho?!”
“Iya, kamu juga Yuda, ayo balik… mandi, ikut bapak ke masjid gih”
“Iya ma,.. man, pamit dulu ya. Besok kita main lagi! Oke!?” seraya berdiri, Yuda menepuk bahuku dan wawan segera melompat bangkit menuju pintu untuk keluar dan pulang.
“Siap komandan!” tangan kananku langsung sigap mengangkat untuk memberi hormat seperti tentara yang aku lihat di TV kemarin.
“Assalamualaykum….” Ujar mereka berbarengan.
“Waalaykumsalam.” Sahutku melempar senyum terbaik.
Aku kembali dalam kamar dan kembali menatap layar TV.
“Wah, nanggung, main lagi ah….”
Ah, aku hampir lupa. Aku belum memperkenalkan dua teman pertamaku. Setidaknya, nama mereka masih ku ingat, Wawan dan Yuda namanya. Haha~ , nama yang unik. Sejak mereka sering kerumah semua seperti surga. Aku bisa bercerita banyak dengan mereka, ternyata dalam hal bercerita dan mengarang, aku lebih ekspressif dari Bayu! Iya, Bayu. Anak yang tahun lalu mengajakku bermain kelereng sebesar bola biliar itu. Dia adik kelasku.
Aku bercerita semua yang aku alami bersama Zig dan Radeon. 2 Zord (Robot Besar) milikku yang aku anggap saudara itu. Kalian sudah melihatnya ? Wah, kalian harus melihatnya! Aku punya foto Zig dan Radeon, tapi tak bisa ku masukkan sekarang. Nanti ya aku tunjukkin sama kalian.
Wawan dan Yuda selalu tenggelam dalam ceritaku itu, apalagi disaat aku dan Zig bertarung dengan Pasukan Aliansi X-18 dari planet Altec, planet Es dari luar angkasa untuk menyelamatkan Radeon yang di culik oleh salah satu tentara mereka. Wah seru sekali, aku ingin menceritakannya juga padamu! Tapi, aku berharap kalian juga harus bisa mendengarkan dengan serius, seperti wawan dan yuda, kalau tidak kalian tidak akan paham dengan ceritanya… hey, jangan tertawa, aku serius!
“Iman, matikan Gamenya nak, udah magrib lho. Main dari tadi siang lho kamunya, belum mandi pula.” Ibuku menggerutu dari dapur.
“Siap bosss!!” sigap langsung ku matikan. Sebab, bila ku tunda dan tak mendengar beliau, bisa-bisa aku terkena ‘siraman rohani’, hehehe!
Langkahku sempoyongan ketika hendak menuju kamar mandi, efek main game seharian. Mataku terasa perih. Terang saja, mata imutku yang berusia 5 tahun ini menatap layar TV itu hampir 8 jam penuh, aku juga tak menyadari apakah tadi aku berkedip atau tidak ya?! Huwaa… ini berbahaya. Yang aku baca, otot mata bila sering menatap TV akan cepat lelah dan elastisitasnya akan berkurang dan katanya bisa menyebabkan Miopi. Tapi, sampai detik aku menuliskan cerita ini, Alhamdulillah mataku sehat dan kuat lho.
Setelah semua persiapan selesai aku berangkat menuju masjid dan kembali saat sholat isya selesai. Saat masuk dalam kamar, aku membuka semua laci dan mengeluarkan semua robotku. Padahal, ada tempelan di dinding yang bertuliskan “Jangan lupa baca meskipun hanya selembar!” aku terdiam dan berdiri dengan bingung menatap pesan itu. Aku belum paham. Kenapa aku harus membaca ? Zig dan Radeon tidak pernah membaca tapi mereka hebat dan menjadi pahlawan keren, kok! Ku abaikan pesan itu. Untuk anak usia 5 tahun, mana bisa memahami pesan tersirat dan super-aneh begitu, bagiku saat itu, bertarung dan menciptakan karakter demi karakter adalah hal yang menyenangkan. Aku juga berkata seperti itu pada Zig dan Radeon, tanya saja pada mereka kalau tidak percaya… eh, kalian belum mengenalnya ya, hehe. Maaf.maaf !
“Hei Zig, kau akan kemana setelah meledakkan bulan?” Kataku melalui Radeon.
“Hah?! Aku tidak ingin meledakkan bulan ! Aku tidak sejahat itu, justru aku ingin melindungi bulan dari Manusia!” Jelas Zig.
“Ng, manusia? Ada apa ?!” Radeon tersentak.
“Manusia punya rencana, bila oksigen sudah habis di Bumi. Mereka akan hidup dan tinggal di bulan. Aku takkan membiarkan itu ! Lihat saja perilaku mereka terhadap bumi, ugh… mengerikan, sungguh mengerikan!”
“Tapi Zig, kita harus menyelamatkan manusia yang lain. Tidak semua dari mereka seperti itu!” Radeon mulai menjelaskan sisi lain dari sifat manusia.
Haha, ini dia! Bagian paling menarik ketika kita berimajinasi. Aku sering melakukan ini pada Zig dan Radeon dan seluruh robot plastikku. Banyak sekali karakter dari mereka yang aku ciptakan, dan aku juga yang berbicara. Sendiri dalam keheningan kamar.
Hey, tunggu sebentar, bukankah di bulan itu tidak ada oksigen ?! Wah, ternyata dulu aku belum tahu. Haha~
“Iman, ayo keluar dulu. Ibu udah gorengin telur dadar ini,” Ibuku memecah keheningan saat aku sedang berbisik-bisik sendiri dalam kamar.
“ah, iyaaa.. sebentar bu. Iman akan keluar dengan kecepatan maksimum menggunakan pesawat antariksa yang kami temukan di Planet X-18! Haha, ini pesawat dengan kecepatan peluru!” teriakku dari dalam kamar.
Kecepatan peluru?! Yang benar saja.
“Iya, apapun itu, cepat keluar. Nanti telurnya dimakan kucing!” suara ibuku mulai meninggi. O’oww, pertanda bahaya pemirsa!
“Alright! Yeahh!” aku keluar dari kamar dengan piyama tidurku. Ada banyak gambar jerapah disana. 1..2..3..5.. ah, kira-kira ada 8 lukisan jerapah di piyamaku ini.
Dan, aku keluar bersama pesawat jetku. Besarnya sekitar 2 telapak tangan orang dewasa. Aku menerbangkannya di atas meja makan dengan tanganku. Sambil melahap semua telur dan nasi di hadapanku.
“Awas nanti kesenggol gelas air minum, kalo pecah rapikan sendiri nanti!” Tegur ibuku lagi.
“Tenang bu, pesawat ini memiliki area sensorik. Setiap benda yang berada di sekitarnya akan di deteksi. Ibu tak perlu khawatir!” jelasku sambil memutarnya ke kiri dan ke kanan.
“Hmmm…” Ibuku menghela napas panjang.
Lalu tiba-tiba ibuku mengambil posisi dan duduk di kursi berhadapan dengan kursiku.
“Man, 5 bulan lagi kamu masuk SD. Mau masuk SD mana ?” tiba-tiba saja ibu menanyakan hal yang sangat ingin aku dengar. Sekolah! Aku tersentak dan hampir menjatuhkan pesawatnya.
“Yess…yes… sekolah..sekolah..!! aku ingin masuk SD 1 bu. Biar nanti juara 1 terus! Hihihi” Aku menyeringai..
“Yakin ?” Ibuku bertanya
*Bersambung ke part 3, makasih udah baca :) Semoga manfaat.
Find me on twitter, @Iman_rk
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment