Wednesday, April 30, 2014

Harapan

4/30/2014 05:39:00 PM

                Kau yang disana yang tak belum mengerti apa itu harapan. Kemarilah, mari kita duduk berdua, aku duduk disebelah kanan sedang kau duduk disebelah kiri, biar aku jelaskan padamu seraya menatap langit hitam nan pekat. Bersama bintang, bersama awan. Tidak… tidak… jangan khawatir! Tidak mengerikan seperti yang ada dalam benakmu, aku akan menjelaskannya sambil merangkul tubuhmu yang kurasa mulai menggigil, kemarilah. Biar aku jelaskan.

                Menurutmu, bagaimana caranya kita berharap? Kau tak tahu? Baik, tak usah manyun. Tersenyumlah. Nah, begitu.

                Kita yang terlahir sebagai manusia, punya satu dimensi yang dimana menurutku memiliki ruang khusus untuk kemudian kita masuk didalamnya, kadang dalam keadaan sedih, kadang dalam keadaan bahagia. Dan dalam ruang itu, kita seolah terhubung dengan apa yang kita harapkan. Terasa dekat. 

Ia mampu menyentuh relung jiwa yang lama gersang karena kerasnya dunia.

                Namun, ku beritahu kau, disana taka da siapa-siapa. Jangan takut. Hanya ada kamu dan  harapanmu, dan bila kau sudah masuk didalamnya, bermainlah dengannya sepuas hati. Berbicaralah padanya dengan suara keras atau getar lirih. Tapi, menurutku, lebih baik kau bersimpuh lirih, karena akan menambah keromantisan kedekatan kalian. Aku juga pernah begitu.

                Harapan. Apakah sejauh ini kau sudah sedikit memahami? Sudah?! Ah, aku turut bahagia.

                Kau tahu sedikit, kau mungkin tahu segalanya. Aku lebih baik tidak usah bercerita. Ini tentang harapan yang selalu kau keluhkan itu, sekali lagi masuk dan bermainlah dengannya. Caranya sederhana, basuhlah tubuhmu dengan air, tak perlu mandi dan membuat tubuhmu kedinginan. Tidak usah! Kau hanya akan membuatku semakin khawatir bila kau terserang demam. Caranya – sekali lagi – sederhana. 

Bangunlah saat menjelang pagi. Saat dimana lampu raksasa itu belum melahap dunia. Saat dimana orang lain sedang mengorok tenang. Lalu kemudian…

Ber-wu-dhu-lah. Singkapkan sajadah, bersimpuh lirih, bila perlu menangislah. Sebut namaNya, maka harapan yang selalu kau cari itu akan kau temukan. B-E-R-D-O-A-L-A-H.

                Percayalah padaku kawan. :)

                Ah, iya. Sekarang aku akan melepas pelukanku. Apakah kau merasa lebih baik?
               
                @Iman_rk

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

0 comments:

Post a Comment

 

© 2013 Be a Ghazi. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top