Kau
yang disana yang tak belum mengerti apa itu harapan. Kemarilah, mari kita duduk
berdua, aku duduk disebelah kanan sedang kau duduk disebelah kiri, biar aku
jelaskan padamu seraya menatap langit hitam nan pekat. Bersama bintang, bersama
awan. Tidak… tidak… jangan khawatir! Tidak mengerikan seperti yang ada dalam
benakmu, aku akan menjelaskannya sambil merangkul tubuhmu yang kurasa mulai
menggigil, kemarilah. Biar aku jelaskan.
Menurutmu,
bagaimana caranya kita berharap? Kau tak tahu? Baik, tak usah manyun.
Tersenyumlah. Nah, begitu.
Kita
yang terlahir sebagai manusia, punya satu dimensi yang dimana menurutku
memiliki ruang khusus untuk kemudian kita masuk didalamnya, kadang dalam
keadaan sedih, kadang dalam keadaan bahagia. Dan dalam ruang itu, kita seolah
terhubung dengan apa yang kita harapkan. Terasa dekat.
Ia mampu menyentuh
relung jiwa yang lama gersang karena kerasnya dunia.
Namun,
ku beritahu kau, disana taka da siapa-siapa. Jangan takut. Hanya ada kamu
dan harapanmu, dan bila kau sudah masuk
didalamnya, bermainlah dengannya sepuas hati. Berbicaralah padanya dengan suara
keras atau getar lirih. Tapi, menurutku, lebih baik kau bersimpuh lirih, karena
akan menambah keromantisan kedekatan kalian. Aku juga pernah begitu.
Harapan.
Apakah sejauh ini kau sudah sedikit memahami? Sudah?! Ah, aku turut bahagia.
Kau
tahu sedikit, kau mungkin tahu segalanya. Aku lebih baik tidak usah bercerita.
Ini tentang harapan yang selalu kau keluhkan itu, sekali lagi masuk dan
bermainlah dengannya. Caranya sederhana, basuhlah tubuhmu dengan air, tak perlu
mandi dan membuat tubuhmu kedinginan. Tidak usah! Kau hanya akan membuatku
semakin khawatir bila kau terserang demam. Caranya – sekali lagi – sederhana.
Bangunlah saat menjelang pagi. Saat
dimana lampu raksasa itu belum melahap dunia. Saat dimana orang lain sedang
mengorok tenang. Lalu kemudian…
Ber-wu-dhu-lah. Singkapkan sajadah,
bersimpuh lirih, bila perlu menangislah. Sebut namaNya, maka harapan yang
selalu kau cari itu akan kau temukan. B-E-R-D-O-A-L-A-H.
Percayalah
padaku kawan. :)
Ah,
iya. Sekarang aku akan melepas pelukanku. Apakah kau merasa lebih baik?
@Iman_rk
0 comments:
Post a Comment