Tuesday, May 6, 2014

Izumi #7

5/06/2014 12:20:00 PM



Sudah empat jam lebih. Ia masih duduk disana dengan punggung yang tak berubah, masih tetap tegak sebagaimana biasanya. Ia menyapu huruf demi huruf dan tulisan demi tulisan, tak ia hiraukan berapa lama lagi waktu akan berlalu, meskipun sudah ketiga kalinya kepalanya jatuh karena harus berperang dengan rasa kantuk. Tapi ia harus menahannya. Beberapa lembar lagi… beberapa lembar lagi…

Kisah sejarah dan penaklukan serta cerita Heroic adalah buku yang paling membuat Hiruta jatuh cinta. Dalam kamarnya, ia mengoleksi buku yang memuat kisah perang dan penaklukan hingga puluhan. Mungkin  sekitar 42 buku. Pahlawan serta ksatria Islam seperti Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, Khalid Bin Walid, Umar bin Khattab, Shalahuddin Al-Ayyubi, Muhammad Al-Fatih dan sebagainya. Juga legenda sejarah penakluk Jepang, para samurai  dan beberapa tokohnya yang legendaris seperti Nobunaga Oda, Tokugawa Ieyasu, Miyamoto Mushasi dan juga Taira no Masakado sampai Toyotomi Hideyoshi.


Letak meja diatasnya disambung dengan rak-rak buku memudahkan Hiruta meraih buku-bukunya. Meja yang berukuran dengan panjang sekitar 50 cm dan lebar sekitar 1 meter. Ukuran yang sesuai untuk meletakkan buku dan berhadap-hadapan dengan wajah haus Hiruta yang siap meminum apapun tulisan yang ada didepannya. Posisi meja yang sebelah kanannya berdempetan dengan tembok, memudahkan Hiruta untuk meletakkan gambar dan fotonya ketika ia masih kecil. Didalam foto itu ada anak laki-laki yang berambut acak-acakan dengan senyum yang menunjukkan seri yang pada saat itu telah tanggal sekitar 2 biji dari gusi, tidak lain adalah Hiruta sendiri. Lalu disamping kiri Hiruta ada seorang wanita cantik dengan balutan kain berwarna hijau lumut yang menutup kepala, tentu saja Kak Inari serta satu laki-laki remaja yang saat ini masih berada diluar negeri.

Sesekali, ketika Hiruta meletakkan bukunya untuk dibaca lagi esok harinya, Hiruta tetap menyempatkan diri untuk menatap dan tersenyum melihat gambar dalam foto itu. Dengan mata yang berbinar-binar, ia menekan gambar dalam foto itu dengan jempol dan mengusapnya perlahan ke atas dan kebawah. Membuat ia semakin belajar dengan keras dan lebih giat lagi, tatkala ia menatap wajah anak lelaki remaja yang ada dalam foto itu. Laki-laki yang Hiruta rasa sebagai dinding yang harus ia lewati. Laki-laki itu sekarang sudah dewasa, melanjutkan studinya ke luar Negeri, membuat bangga Ayah dan Ibu serta semua keluarga. Hiruta ingin sekali beretemu dengannya lagi, memintanya bercerita tentang Muhammad Al-Fatih sang penakluk Konstatinopel. Bagi Hiruta, gaya khas ketika laki-laki itu bercerita membuat Hiruta merasa ada dalam cerita itu. Meskipun sudah berkali-kali diceritakan namun Hiruta memintanya lagi dan lagi. Lalu, laki-laki itu akan menceritakannaya pula dengan senang hati dan dengan sukacita.

Namun laki-laki itu sudah berpisah dengannya selama empat tahun. Ia pergi dengan senyuman yang meyakinkan bahwa ia akan pulang dengan nilai yang bagus dan akan bekerja di Jepang sebagai dokter ahli bedah. Hiruta saat itu hanya bisa mengantarnya sampai bandara saja.

“Apapun yang terjadi, Islam ada dalam genggamanmu brother. Jangan pernah takut bersaing karena kita adalah umat terbaik. Bismillah.” Sambil mengacak rambut Hiruta, itulah pesan terakhir yang disampaikan oleh laki-laki itu pada Hiruta saat berpisah. Kalimat yang tak terlupakan, sebab itu bukan hanya pesan motivasi laki-laki itu. Namun, itu adalah pesan abadi yang dikutip dari dalam Alquran.

“Kamu adalah Umat terbaik yang diutus ketengah-tengah manusia
Menyuruh pada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar
Dan beriman pada Allah”[Ali-Imran: 110]

Semoga suka :) @Iman_rk

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

0 comments:

Post a Comment

 

© 2013 Be a Ghazi. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top