Friday, April 25, 2014

Izumi #6

4/25/2014 09:34:00 AM

Bunyi bedebam pintu mengejutkan Izumi.

“Belum tidur Izumi? Ku kira kau telah menyusul Fuyutsuki.” Kata Yahiko seraya menutup pintu dengan perlahan.
“Aku menunggumu. Lagipula, kenapa lama sekali?” Izumi membalikkan badan dari kursi dan cermin.
“Oh, sekalian aku cuci mangkuknya juga piring-piringnya. Dan aku mencari plastik untuk membungkus beberapa sampah lalu memisahkannya dengan plastik yang berbeda.” Yahiko berjalan perlahan lalu melompat tidur disamping Fuyutsuki, merebahkan badannya disana. “Huh, membuang sampah di Jepang susah sekali ya.” Keluhnya sambil memejamkan mata.



Memang. Membuang sampah di Jepang tidaklah mudah dengan hanya mengumpulkannya menjadi satu dalam satu plastik lalu meletakkannya dalam keranjang sampah sambil menunggu tukang sampah datang menjemput esok harinya. Akan tetapi, sampah disini ditangani berbeda. Secara prinsip, sampah dibagi menjadi empat jenis, yaitu sampah bakar, sampah tidak bakar, sampah daur-ulang dan sampah ukuran besar. Lalu masalah selanjutnya adalah, ketika truk sampah harus memeriksa plastik sampah itu. Apakah bercampur antara sampah plastik seperti botol minum dan tulang ikan atau makanan, maka sampah tidak akan diangkut.

“Yah justru bagus.” Sela Izumi lalu melompat berdiri, menengok ke arah kasur apakah masih muat bila dipakai untuk tidur bertiga? “Karena dengan begitu akan terseleksi mana warga yang disiplin dan mana yang tidak. Kau tahu Yahiko-san, Kak Izuna bercerita bahwa ketika ia pergi ke singapura dan baru tinggal diapartemen selama beberapa hari, kak Izuna mengalami culture shock. Bukan karena kehidupan apartemennya, namun kehidupan masyarakatnya yang luar biasa menjaga kebersihan.” Izumi sedikit menyinggung kak Izuna yang memang sering terbiasa membuang sampah plastic bungkusan permen. “Hampir saja kakakku diurus di kepolisian karena telah melanggar aturan disana!” Lanjutnya.

“Wah, begitukah?” Sahut Yahiko memiringkan kepala untuk menengok Izumi.

Izumi tak menjawab. “Sepertinya aku tidur dikamar kak Izuna saja, ya. Kasurku memang terlalu besar untukku sendiri tapi terlalu sempit untuk kita bertiga.” Izumi berbalik lalu menuju pintu.
“Sepertinya begitu. Maaf Izumi-san, kami merepotkan.” Yahiko menyungging senyum tipis.
“Tidak apa. Selamat malam.” Izumi menarik pintu dari luar.
Gomen – maaf – Izumi-san… ” Panggil Yahiko pelan.
“Ya?”
“Tolong matikan lampunya? Hehehe.”
“Oh tentu, sahabatku.” Izumi tersenyum lalu kembali kedalam meraih saklar lampu dan mematikannya untuk mereka.
Arigatou, Izumi-san.” Yahiko tersenyum. Membiarkan sahabatnya itu menutup pintu.

Jendela masih terbuka lebar, namun angin sudah tidak berdesir dan menerjang sekeras ketika mereka berbincang dan bercerita . Yahiko membiarkan jendela tetap terbuka.

Semoga suka. :) @Iman_rk

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

0 comments:

Post a Comment

 

© 2013 Be a Ghazi. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top