Hiruta
tersenyum bangga dan bahagia bertemu dengan kakak laki-laki Izumi yang ternyata
adalah seorang Muslim. Wajar bila Izumi banyak mengetahui Islam dibanding yang
lain yang ada di kelas. Ternyata sudah diceritakan atau Izumi sendiri yang
bertanya pada Izuna. Dan karena mungkin saja penjelasan dari Izuna kurang
memuaskan ditambah dengan ketidaktahuan Izumi bahwa kakaknya yang sebenarnya
telah menjadi Muslim membuat ia ragu akan jawaban-jawaban yang Izuna berikan.
Dan
sekarang Hiruta bisa tersenyum lega, ia tidak berjuang sendiri. Masih ada
‘batu-bata’ lain yang siap melengkapi bangunan Islam di jepang. Dan saat itu,
Hiruta berkesimpulan dan membulatkan tekad dengan mantap bahwa Izunalah partner
diskusi selanjutnya.
***
Kembali,
seperti biasa. Suasana yang tak berbeda. Aroma rumput yang ditanam dan ditata
khusus di samping pintu gerbang menguar menusuk indra penciuman. Senyuman dan
sapaan “Ohaiyou gozaimasu” ramai dan
memang sudah menjadi kewajiban para siswa tatkala menegur satu sama lain. Cat
tembok yang keabu-abuan dilengkapi dengan warna coklat pada bagian bawahnya
juga tidak berubah, meskipun selama setahun belakangan ini ada beberapa yang
lembab karena hujan dan salju. Tamparan dari sang pusat energi menerpa wajah
Izumi yang berjalan dengan terburu-buru menuju kelas baru. III E. Rambutnya
yang tanpa diikat menari kekiri dan kekanan mengikuti derap kakinya yang
diayunkan dengan terburu-buru. Hanya sesekali ia tersenyum untuk membalas
mereka yang menyapa dengan kalimat Ohaiyou
– selamat pagi. Dia melihat kertas yang ia masukkan dalam saku bajunya yang
terletak pada bagian dada sebelah kiri. Aduh,
agendaku bisa-bisa telat nih gerutunya pelan. Ia mendongak kiri dan kanan,
menyapu semua pemandangan yang berada diatas lantai dua dan tiga berharap ada
yang ia kenal.
“Izumi-saaaaaann!!!”
Teriak 2 orang siswi. Dari lantai atas, melihat Izumi yang kebingungan mencari
kelas barunya.
Izumi
terdiam dan menyipitkan matanya untuk mempertajam sekaligus memfokuskan tatapan
matanya pada arah suara yang tak asing itu.
Mereka
melambaikan tangan bersamaan. Ah, itu
Urumi dan Fuyutsuki batinnya. Ia segara berlari mencari tangga terdekat
untuk mencapai kelas barunya itu. Tas pinggangya ia pegang dengan tangan agar
tak berguncang dan membuatnya kerepotan.
@Iman_rk
0 comments:
Post a Comment