Sampai
dimana aku sekarang adalah tak penting. Namun dimana langkah ini akan aku bawa
adalah sesuatu yang harus aku pikirkan dalam-dalam. Sebab, sejujurnya, aku
lelah dalam kebodohanku yang selalu terjatuh dalam lubang yang sama. Tak ku
pungkiri bahwa pada kenyataannya, sesuatu yang sampai sekarang ini dapat aku
raba dan sentuh adalah bukti bahwa aku hanyalah manusia. Tidak terlepas dari
salah dan lupa. Kesalahanku adalah terjatuh, lupaku adalah jatuh kembali dalam lubang yang sama.
Berulang kali.
Meski
sudah tak penting, namun aku butuh untuk menengok sedikit kebelakang. Biarlah,
aku hanya ingin menatap dan menyesali. Toh, aku tidak ingin kembali kesana.
Biarlah, aku hanya ingin mengambil pelajaran. Sejenak. Menghirup udaranya yang
kini – mungkin saja – telah mengering. Atau bahkan telah hilang. Biarlah, aku
hanya ingin membalikkan badan. Menatapnya jauh-jauh meski jarak pandangku tak
mampu sebab tertutupi oleh lemahnya ingatan. Aku merenung.
Ku
ingat dengan jelas saat aku berikrar untuk berjuang dalam jalan ini. Jalan yang mendaki lagi sukar ini,
jalannya Guru Kehidupanku. Menapaki jalan “dia” yang telah di utus oleh-Nya,
meski kelu lidahku berucap saat itu karena aku tak tahu bahwa jalan ini tak
akan mudah. Aku ingat, 2 tahun lalu. Saat kali pertama aku berucap pada yang
lain, menyampaikan, mengingatkan seolah aku paham. “Sembahlah Allah, dan
jauhilah Thaghut!” Aku berkata untuk pertama kalinya. Hampir-hampir aku
terbunuh. Hampir-hampir aku di hajar. Hampir-hampir aku dijauhi. Namun, memang begitulah kiranya…
“Jalan
mendaki lagi sukar…” Aku mengulang dalam rehatku saat berbaring menanti
pagi yang baru.
Sekarang
saat ini, saat aku menulis catatan ini aku masih saja menghadap kebelakang. Aku bertanya, selama 2 tahun
ini; apa yang telah kuberikan untuk diriku sendiri selain melanggar aturanNya?
Apa yang telah kuberikan pada mereka selain menyakiti hatinya? Apa yang telah
aku lakukan untuk Islam selain semakin jauh darinya? Ya Rabb, penguasa langit
dan bumi, dan apa yang ada di antara keduanya, ampuni aku… ampuni aku… ~
Pernah
aku bermimpi bahwa aku dapat merubah jutaan manusia agar kembali padaNya,
mengingatNya, taat pada hukumNya namun itu hanya mimpi yang dalam dunia nyata
aku telah tertipu. Ternyata aku tertipu karena nyatanya aku bahkan belum merubah
diriku sendiri. Ya, benar aku sangat mencintai langit namun bukan berarti tak
menginjak Bumi. Aku mencintai Ia yang mengendalikan kehidupan alam semseta,
bukan berarti aku tak bisa mengira bahwa aku turut berperan dalam mengendalikan
diriku sendiri; dan juga mereka. Tentu dengan izinNya.
Pernah
pula aku bersandar pada sesuatu yang bernama harapan saat aku berbicara,
menulis, bertindak, agar oranglain dapat mengambil hikmah. Dan kemudian
berharap mereka dapat bertindak dengan cara yang sama. Namun apalah daya,
taufiq hanyalah mutlak milikNya. Aku hanya bisa menyampaikan, mendakwahkan.
Seperti “dia” yang telah diutus.
Sudah
sampai mana aku berjuang? Aku tak tahu…
Namun,
untuk satu hal yang pasti. Demi namaNya, kebesaranNya, aku tak akan rela bila
Islam di jatuhkan didepan mataku selama aku masih hidup!
Ya
Allah, hanya diriMu yang kupunya. Dan aku adalah milikMu…
Bismillah…
Twitter: @Iman_rk
0 comments:
Post a Comment