Setelah pulang dari sholat jumat
di UGM kemarin, saya menyempatkan untuk membeli Koran Harian Pagi Tribun Jogja,
karena ketika itu merasa terpanggil untuk membeli. Saat itu saya membuka
beberapa halaman untuk di baca, karena agar tak membuang waktu, koran itu saya
seleksi, bagian mana yang harus dibaca dan mana yang tidak.
Singkat cerita, sampailah saya
pada hal. 12 dan mulai menyoroti sebuah judul tulisan “Mafia Berencana Bunuh
Paus Fransiskus”. Saya tersentak, dan bertanya dalam hati “Dengan alasan apa
sang Paus ingin di bunuh ?” dalam laporan Nicola Gratteri, Wakil Kepala Jaksa
Reggio Calabria, ia berkata “Mafia sedang mempertimbangkan sebuah serangan
mematikan terhadap Paus Fransiskus. Demikian peringatan dari seorang jaksa
senior dari Italia Selatan. Nyawa paus berada dalam bahaya karena keinginannya
untuk menyapu bersih korupsi telah membuat kelompok penjahat terorganisasi
ketar-ketir.”
Yang lebih menggeparkan lagi, Paus
Fransiskus dalam awal pelantikannya, ia langsung membidik Mafia, meminta mereka
segera bertobat dalam aksinya yang terus meneror dengan aksinya ‘mengeksploitasi
dan dan memperbudak rakyat’. Dan apa hanya itu saja ? Tidak. Paus baru-baru ini
– dengan khotbahnya yang paling berapi -api paus mengatakan bahwa para pejabat
yang menerima suap harus ‘di ikat dengan batu dan dilempar ke laut!’
Mafia yang di maksudkan oleh paus
adalah Mafia Ndrangheta yang mengkhususkan diri pada perdagangan Kokain sekitar
80% pasar di Eropa dan telah mengivestasikan keuangannya ke Italia Utara.
Saking hebatnya mafia ini tidak bekerja sendiri, dalam organisasi atau kelompok
sebesar Ndrangheta, mereka menjalin hubungan baik dengan organisasi teroris
diseluruh dunia dan kartel Narkoba Amerika selatan.
Deklarasi perang yang telah Paus
komandokan, tentu buka menjadi masalah kecil bagi para Mafia Ndrangheta. Karena
dengan deklarasi ini, ruang gerak mafia Ndrangheta semakin mengecil. Dan
ternyata, bukan hanya bisnis Kokain, namun menurut Nicola Gratteri, para mafia
ini “makan dari kekayaan dan kekuasaan yang datang langsung dari gereja”.
Adalah sesuatu yang wajar di
bicarakan oleh penduduk bumi bila topic yang di angkat adaah sebuah keserakahan
dan penindasan, apalagi bila merusak hak hidup orang lain. Namun, bila keputusan
yang di angkat oleh Paus adalah keputusan terbaik – saya rasa, kita sebagai
ummat muslim sekalipun setuju. Bukan terletak pada perintah dan deklarasi dalam
khotbahnya, namun demi kebaikan ummat manusia.
Namun, apakah keputusan tentang
hukuman bagi para penerima suap dan para pelaku kejahatan baru terucap sekarang
setelah paus berkhotbah ? Lagi-lagi, saya tersenyum membaca artikel ini.
1400 tahun yan lalu, Alquran yang
suci dan melalui lisan nabi-Nya, kita diperintahkan agar tidak menerima suap
dan uang pelicin.
“Laknat Allah terhadap penyuap dan penerima suap” (HR. Abu Dawud)
“Hadiah yang diberikan
kepada para penguasa adalah suht,dan suap yang diterima hakim adalah
kufur”. (HR. Ahmad)
Dalam pembahasan global, kasus
suap yang di terima oleh pejabat italia lalu di ancam oleh paus akan di ikat
dengan batu dan di lempar dalam laut adalah suatu yang wajar dan sangat
menguntungkan sebab al-Muwatta’karya Imam Malik, ia menuliskan:
Saat Abdullah bin
menjalankan tugas dari Nabi untuk membagi dua hasil bumi Khaybar datang orang
Yahudi kepadanya memberikan suap berupa perhiasan agar ia mau memberikan lebih
dari separuh untuk orang Yahudi. Tawaran
ini ditolak keras oleh Abdullah bin Rawahah, “Suap yang kalian tawarkan adalah
haram, dan kaum muslimin tidak memakannya”. Mendengar ini, orang Yahudi berkata,“Karena itulah
(ketegasan Abdullah) langit dan bumi tegak”. (Imam
Malik dalam al-Muwatta’)
Secara logika kita berpikir,
bagaimana mungkin sebuah sistem pemerintahan di jalankan oleh para penguasa dan
pejabat dzalim, yang notabenenya mereka adalah wakil rakyat namun di saat yang
sama mereka telah menyakiti rakyat akan menghasilkan pemerintahan yang
sejahtera dan tertata secara damai – layaknya seperti yang saya dan anda mau ?
Terlalu naif
bagi kita, mengatakan dengan ringan bahwa hal itu bukan karena kemauan mereka
namun karena Negara memiliki beban. Ah, it’s disgusting ! Rakyat telah banyak
tahu dan sadar, bahwa hal yang membuat mereka tertindas bukan karena beban
Negara, tapi system Negara. Dan bukan hanya sekali rakyat terus tertipu dengan
banyak deklarasi anti korupsi, anti kolusi, anti nepotisme dan lain-lain,
dengan keimanan rakyat semakin sadar.
Rasulullah bersabda:
Akan ada pada akhir zaman para pemimpin yang zalim, para
menteri yang fasik, para hakim yang khianat, dan para fuqaha yang pendusta.
Maka barangsiapa di antara kamu yang mendapati zaman itu, janganlah sekali-kali
dia menjadi pemungut harta mereka, atau menjadi pejabat mereka, atau menjadi
polisi mereka. (HR Thabrani, dalam Al-Mu’jam
Al-Kabir, hadis no 156, 19/67
Hanya Islam yang mampu
menghapuskan korupsi, karena korupsi adalah produk sistem bukan hanya
individual. Islam akan membentuk individu yang bertakwa sekaligus sistem yang
baik!
Yang merindukan Sistem Islam: Iman
Rusmawansyah
Follow me on twitter @Iman_rk